Tampilan : Kotak Daftar

Tips Belajar Berhitung Pada Anak Usia Dini

Tips  Belajar Berhitung Pada Anak Usia Dini -
Anak usia 4 – 6 tahun sudah mulai diajarkan berhitung di sekolah. Konsep-konsep yang diajarkan pada usia ini merupakan konsep dasar angka dan berhitung dan belum masuk pada operasi hitung yang lebih kompleks. Menurut Flavell (1993), ada 5 cara yang dapat diterapkan pada saat mengajarkan mereka berhitung.
The One – One Principle
Dalam mengajarkan berhitung pada anak, angka yang hendak diajarkan hendaknya disebutkan semua, satu persatu, tanpa pengulangan, pengurangan atau perhentian. Misalnya menghitung dari satu sampai lima maka satu, dua, tiga, empat, lima. Semua angka ini harus disebutkan tanpa ada yang diulang agar anak dapat mengingat urutannya dengan tepat.
The Stable – Order Principle
Berdasarkan prinsip ini maka bila kita hendak mengajarkan anak menghitung jumlah maka urutan satu, dua, tiga, dan seterusnya harus diucapkan dengan benar sesuai dengan urutanny. Bila hal ini dilakukan terus menerus maka anak secara otomatis akan mengingat urutan angka yang benar dalam menghitung jumlah jangan sekali-sekali mengganti menjadi tiga, dua, satu atau mengacaknya.
The Cardinal Principle
Guru harus ingat untuk selalu mengulang angka terakhir atau jumlah benda yang dihitung. Misalnya menghitung 3 apel maka berdasarkan prinsip stable – order, harus disebut satu persatu, yaitu satu, dua, tiga dan guru harus menekankan pada angka tiga, terakhir menjadi satu, dua, tiga ….. tiga apel.
The Abstraction Principle
Bila tiga prinsip sebelumnya mengajarkan bagaimana cara menghitung maka prinsip ini menekankan apa yang dapat dihitung. Umumnya anak usia 4 tahun sudah dengan amat aktif mencoba menghitung semua benda yang ada di sekitarnya. Mereka bahkan tidak memperhatikan penggolongan, seperti bentuk, warna, atau apapun. Mereka menggabungkan saja kursi, papan tulis, bentuk, mainan, dan hal-hal lain yang ada di dekat mereka.
Karena anak usia ini sudah mempunyai ketertarikan untuk menghitung segala sesuatu maka mereka mulai dapat diajarkan hal-hal yang dapat dihitung. Misalnya kelompok kejadian, hewan, benda, dan segala hal yang ada disekitar mereka.
The Order – Irrelevance Principle
Penting juga bagi anak untuk mengerti bahwa benda mana yang dihitung terlebih dahulu tidaklah menjadi masalah sehingga anak tidak terpaku pada bendanya, melainkan terbiasa dengan angka 1.
Anak usia 5 tahun sudah dapat mengerti bahwa walaupun mereka harus selalu mulai dengan angka satu, angka satu ini dapat direpresentasikan dengan berbagai objek. Inilah yang dimaksudkan dengan prinsip ini. Maksudnya, anak sudah bisa mengerti bahwa bila hendak menghitung jumlah kotak yang ada di ruangan kelas (ada 3 kotak, satu berwarna biru, satu merah, dan satu hijau) maka angka satu dapat jatuh pada kotak biru, merah, atau hijau. Jadi yang penting adalah mulai dengan satu benda yang kita sebut ’satu’ dan lanjut ke benda lainnya. Benda mana yang berada pada urutan pertama atau terakhir tidak menjadi masalah.
Kecerdasan matematis – logis didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kemampuan ini meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran (Amstrong, 1999).
Kecerdasan matematis – logis mulai muncul pada masa kanak-kanak dan meledak pada masa remaja dan awal masa dewasa. Wawasan matematis tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun (Amstrong, 2003).
Pada anak-anak, kecerdasan matematis – logis muncul dalam bentuk indikator berikut:
1. Anak memiliki kepekaan terhadap angka, senang melihat angka dan cepat menghitung benda-benda yang dimiliki, cepat menguasai simbol angka dan pembilangan, mengidentifikasi dengan baik angka pada uang, serta mampu membilang dengan cepat.
2. Anak tertarik dan terlibat dengan komputer dan kalkulator, anak suka bermain kalkulator, memencet-mencet dan senang melihat angka keluar, anak usia 4 – 6 tahun dapat memanfaatkan kalkulator untuk menambah dan mengurang, tetapi masih kesulitan membaca angka dalam jumlah banyak (diatas ratusan).
3. Anak menyukai permainan yang menggunakan logika, strategi dan penuluran seperti maze.

Metode mengajar Matematika dan berhitung dengan Pemberian Tugas

Metode mengajar Matematika dan berhitung dengan Pemberian Tugas -
Pembelajaran akan tercapai jika enggunakan metode pembelajaran yang benar berikut adalah contoh penggunaan metode pemberian tugas dalam mengjar matematika dan berhitung
Metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan dua cara:
1. Tugas yang diberikan guru bisa diselesaikan oleh peserta selama pengajaran berlangsung.
2. Tugas yang diberikan guru bisa diselesaikan oleh peserta didik di luar kelas.
Agar metode pemberian tugas dapat berlangsung secara efektif, perhatikan langkah-langkah berikut:
  1. Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis.
  2. Tugas yang diberikan harus dipahami oleh peserta didik.
  3. Apabila tugas tersebut berupa atau kelompok, maka perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok terlibat secara aktif.
  4.  Guru berupaya mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.
  5. Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik.
metode pemberian tugas, metode pemberian tugas adalah, metode pemberian tugas anak tk, metode pemberian tugas bagi anak tk, metode pemberian tugas belajar dan resitasi, metode pemberian tugas dalam pembelajaran, metode pemberian tugas dan resitasi, metode pemberian tugas di tk, metode pemberian tugas menurut para ahli, metode pemberian tugas terstruktur, pelajaran matematika, pelajaran matematika kelas 3 sd, pelajaran matematika kelas 4, pelajaran matematika kelas 4 sd, pelajaran matematika kelas 5 sd, pelajaran matematika kelas 6, pelajaran matematika sd, pelajaran matematika sd kelas 1, pelajaran matematika smp, pelajaran matematika smp kelas 7

Karakteristik dan Metode Pembelajaran Tematik

Karakteristik dan Metode Pembelajaran Tematik - Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek
belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsepkonsep
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan
siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

RAMBU-RAMBU
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.
Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik
melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung
serta penanaman nilai-nilai moral
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan
daerah setempat

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas

Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas -
Metode Pemberian tugas merupakan Metode untuk mengukur kekreatifan anak dalam menangkap mata pelajaran yang di ajarkan oleh seorang guru tapi metode pemberian tugas juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu akan di bahas di bawah ini
Kelebihan Metode pemberian tugas yaitu
  1. Pengajaran klasikal cenderung untuk menyesuaikan cara dan kecepatan mengajar terhadap ciri-ciri umum di kelas itu. Hal tersebut menjadi sulit diikuti oleh kelompok yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Dengan metode tugas setiap peserta didik dapat bekerja menurut tugas dan tempo belajarnya masing-masing.
  2.  Metode pemberian tugas digunakan untuk melatih aktivitas, kretivitas, tanggung jawab dan disiplin peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini penting karena dalam kegiatan pengajaran tidak selamanya peserta didik mendapat pengawasan dari guru.
  3. Peserta didik mendapat kesempatan untuk melatih diri bekerja secara mandiri.
  4. Metode pemberian tugas dapat merangsang daya pikir peserta didik, karena mereka dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.
  5. Pemberian tugas disamping dapat dilakukan secara individu bisa juga dilakukan secara kelompok, dalam hal ini peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil.
Disamping kelebihanyang dimilikinya, metode pemberian tugas juga memiliki beberapa kekurangan , yaitu:
  1. Apabila diberikan tugas kelompok, seringkali yang mengerjakannya hanya peserta didik tertentu saja. Sedangkan yang lainnya hanya numpang saja.
  2.  Apabila tugas diberikan diluar kelas, sulit untuk mengontrol peserta didik bekerja secara mandiri dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya.
  3. Metode pemberian tugas menuntut tanggung jawab guru yang besar untuk memeriksa dan memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.
  4.  Sering terjadi penyimpangan dalam penggunaan metode pemberian tugas dari pengajaran menjadi semacam hukuman.
  5. Apabila tugas sulit dikerjakan akan menyita waktu peserta didik untuk kegiatan lainnya.

metode pemberian tugas, metode pemberian tugas adalah, metode pemberian tugas anak tk, metode pemberian tugas bagi anak tk, metode pemberian tugas belajar dan resitasi, metode pemberian tugas dalam pembelajaran, metode pemberian tugas dan resitasi, metode pemberian tugas di tk, metode pemberian tugas menurut para ahli, metode pemberian tugas terstruktur

Kesulitan Siswa Dalam Belajar dan Pembelajaran Bilangan Rasional

Kesulitan Siswa Dalam Belajar dan Pembelajaran Bilangan Rasional - Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bukan bahan matematika yang terkait. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar kesulitan memahami pecahan dan operasinya. Para guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat dan diterapkan. Perubahan cara mengajar tidak banyak dilakukan para guru karena secara empirik mereka selalu gunakan cara yang sama dari waktu ke waktu.
Untuk mengenalkan konsep operasi hitung bilangan dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :
1) tahap pengenalan konsep secara konkret
2) tahap pengenalan konsep secara semi konkret atau semi abstrak
3) tahap pengenalan konsep secara abstrak.
Dalam tahap pertama ada dua model peragaan yang dapat dikembangkan yaitu model yang menggunakan pendekatan himpunan (yaitu menggunakan karton warna warni yang merupakan bagian dari satu keseluruhan), model yang kedua yaitu menggunakan pendekatan hukum kekekalan panjang (yaitu menggunakan alat peraga balok pecahan, pita garis bilangan dan tangga bilangan).
Potongan karton dengan warna yang menarik dan beragam dapat dimanfaatkan untuk membuat bahan manipulatif dalam menjelaskan pecahan, sifat-sifat pecahan, dan operasi pecahan. Penjelasan dengan bahan manipulatif sebaiknya diakhiri dengan penyelidikan pola atau aturan umum yang berlaku.

Bilangan Rasional, bilangan rasional dan contohnya, bilangan rasional dan desimal, bilangan rasional dan irasional, bilangan rasional dan irasional beserta contohnya, bilangan rasional dan irasional sekolah dasar, bilangan rasional dan operasinya, bilangan rasional irasional, bilangan rasional pdf, kesulitan belajar, kesulitan belajar adalah, kesulitan belajar anak, kesulitan belajar anak sd, kesulitan belajar bahasa inggris, kesulitan belajar kimia, kesulitan belajar matematika, kesulitan belajar membaca, kesulitan belajar pada anak, kesulitan belajar siswa

Mengenal Komponen Pembelajaran yang Baik

Mengenal Komponen Pembelajaran yang Baik -
Komponen Pembelajaran merupakan hal penting dalam mendidik siswa didik untuk mencapai kesuksesan.
Ada empat komponen utama dalam kegiatan pembelajaran (perhatikan bagan pada bagian akhir makalah ini), yaitu:
1. Hasil belajar (Expected Output) menunjukkan kepada tingkat kualifikasi ukuran baku (Standaring Norms) menjadi sasaran sekaligus tujuan yang mesti dicapai melalui berbagai kegiatan pengalaman siswa secara utuh, menyeluruh dan terpadu. Hasil belajar yang efektif tidak hanya menekankan pada salah satu dari ketiga orientasi hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor), melainkan keseimbangan dalam pengembangan -nya secara proporsional.
2. Karakteristik siswa (Raw Input) merupakkan dasar dan landasan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran akan efektif apabila mengacu pada karakteristik siswa, terutama berkenaan dengan potensi dasar yang dimilikinya. Di samping itu berkenaan dengan aspek-aspek individual dan kepribadian, baik bersifat fisiologis maupun psikologis.
3. Sarana Prasarana (Instrumental Input) merupakan kelengkapan dari fasilitas yang diperlukan dalam memberikan sejumlah pengalaman belajar kepada para siswa, baik hal-hal yang bersifat teoritis, teknis maupun hal lainnya yang bersifat praktis.
4. Lingkungan (enverionmental Input) menunjukkan pada situasi dan keadaan fisik, lingkungan sosial dan budaya yang mengitari tempat berlangsungnya proses pembelajaran, baik aspek lingkungan yang bersifat aktif maupun aktif. Dalam pengembangan pengalaman belajar, lingkungan sekaligus merupakan sumber bagi kegiatan belajar siswa.

Mengenal Konsep Belajar dan Pembelajaran

Mengenal  Konsep Belajar dan Pembelajaran - 1. MAKNA BELAJAR DAN MENGAJAR
Belajar dan mengajar adalah dua aktivitas yang hampir tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya, terutama dalam prakteknya di sekolah-sekolah. Bahkan apabila keduanya telah digerakkan secara sadar dan bertujuan, maka rangkaian interaksi belajar-mengajar akan segera terjadi. Sehubungan dengan hal ini ada baiknya kedua istilah tersebut untuk dibahas.
A. Belajar
Kita masih ingat bahwa “belajar” pernah dipandang sebagai proses penambahan pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Akibatnya, “mengajar” pun dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan dari seorang guru kepada siswanya.
Pandangan semacam itu tidak terlalu salah, akan tetapi masih sangat parsial, terlalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasif. Oleh sebab itu, pandangan tersebut perlu diletakkan pada perspektif yang lebih wajar sehingga ruang lingkup substansi belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan, nilai dan sikap.
Sebagai landasan pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, berikut ini kami kemukakan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh Drs.M.Ngalim Purwanto.MP (1990).
a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975). “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya ).”
b) Gagne, dalam buku The conditions of Learning (1977). “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”
c) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978). “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”
d) Witherington,dalam buku Educational Psychology. “ Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yan menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”
Dari definsi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang merincikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :
a)Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b)Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman : dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c)Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lam periode waktu itu berlangsung sulit dtentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
d)Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: Perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah / berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
B.Mengajar
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa istilah belajar pernah dipandang sebagai proses penambahan pengetahuan. Senada dengan nuansa penafsiran terhadap belajar seperti itu, maka “mengajar “ pun pernah dianggap sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan. Pandangan demikian membawa konsekuensi logis terhadap situasi belajar –mengajar yang diwujudkan oleh guru, yakni proses belajar-mengajar (PBM) yang terjadi di dalamnya bersifat teacher-centered. Pengajaran menjadi berpusat pada guru mengajar lebih dominan daripada belajar. Guru berperan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa (information givers) atau dengan nama lain sebagai instructor. Oleh sebab itu, sumber belajar yang digunakan, maksimal hanya sebatas apa yang ada diantara dua kulit buku dan empat dinding kelas. Bahkan, banyak diantara mereka yang menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar. Akibatnya, siswa-siswa menjadi individu-individu yang pasif, kedaulatan merekapun pada akhirnya harus tunduk pada kekuasaan guru. Mereka tidak dididik untuk berfikir kritis, berlatih menemukan konsep atau prinsip, ataupun untuk mengembangkan kreatifitasnya. Mereka tidak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang perubahan-perubahannya sangat cepat, bahkan dapat terjadi dalam hitungan detik seperti sekarang ini. Hal ini bisa terjadi pada masa mendatang, karena dengan penerapan konsep mengajar semacam itu, siswa-siswa tidak dididik untuk belajar sebagai manusia seutuhnya, sementara kita berharap agar kelak siswa-siswa menjadi orang-orang yang terdidik, tidak sekedar tersekolah atau belajar.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka mengajar sepantasnya dipandang sebagai upaya atau proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk membuat siswa-siswanya belajar. Dalam hal ini guru berupaya untuk membelajarkan siswa-siswanya, dan sebaliknya para siswa menjadi pembelajar-pembelajar yang aktif, kritis dan kreatif. Dengan cara ini interaksi belajar mengajar dapat terjadi, dan pengajaran tidak lagi bersifat teacher-centered, karena telah bergeser pada kontinum pengajaran yang lebih bersifat student-centered. Pertanyaan selanjutnya, yang menggelitik kita selaku guru yang bertugas pada era informasi ini yaitu : Apakah diantara kita yang terlanjur telah menerapkan pengajaran bersifat teacher-centered akan segera berubah kearah student-centered ?

2. MAKNA PEMBELAJARAN
Istilah pembelajaran mengundang berbagai kontroversi diberbagai kalangan pakar pendidikan, terutama di antara guru-guru di sekolah. Hal ini disebabkan oleh demikian luasnya ruang lingkup pembelajaran, sehingga yang menjadi subyek belajar atau pembelajarpun bukan hanya siswa dan mahasiswa, tetapi juga peserta penataran/pelatihan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, diskusi panel, symposium, dan bahkan siapa saja yang berupaya membelajarkan diri sendiri.
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatau system atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdiknas,Model pembelajaran IPA SD,2003). Dengan demikian, jika pembelajaran dianggap sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya bila pembelajaran dianggap sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada para siswa dan mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.
Setelah persiapan tersebut, guru melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, struktur dan dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan meode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa. Jadi semuanya itu akan menentukan terhadap struktur pembelajaran.

 belajar, contoh-kti, karakteristik pembelajaran, konsep belajar, konsep pembelajaran, konsep pendidikan, kti pembelajaran, manfaat pembelajaran, manfaat ptk, metode pembelajaran, metode problem soulving, metode research, metode yang baik, metose siswa, pembelajaran, pembelajaran mandiri, pembelajaran yang baik mengatasi murid dalam pembelajaran, pendidikan, pendidikan di indonesia, ptk pembelajaran anak, skripsi pembelajaran