tag:blogger.com,1999:blog-68089624876076682532024-03-05T01:52:44.136-08:00Makalah dan contoh Karya Tulis IlmiahKumpulan Makalah, PTK, PTS, Skripsi, Tesis, Desertasi, Artikel Pendidikan dan Karya Tulis IlmiahAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comBlogger45125tag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-74449883876922746072012-08-20T01:13:00.000-07:002012-08-20T01:13:39.807-07:00Tips Belajar Berhitung Pada Anak Usia Dini<b>Tips Belajar Berhitung Pada Anak Usia Dini</b> - <br />
Anak usia 4 – 6 tahun sudah mulai diajarkan berhitung di sekolah. Konsep-konsep yang diajarkan pada usia ini merupakan konsep dasar angka dan berhitung dan belum masuk pada operasi hitung yang lebih kompleks. Menurut Flavell (1993), ada 5 cara yang dapat diterapkan pada saat mengajarkan mereka berhitung.<br />
<strong>The One – One Principle</strong><br />
Dalam mengajarkan berhitung pada anak, angka yang hendak diajarkan hendaknya disebutkan semua, satu persatu, tanpa pengulangan, pengurangan atau perhentian. Misalnya menghitung dari satu sampai lima maka satu, dua, tiga, empat, lima. Semua angka ini harus disebutkan tanpa ada yang diulang agar anak dapat mengingat urutannya dengan tepat.<br />
<strong>The Stable – Order Principle</strong><br />
Berdasarkan prinsip ini maka bila kita hendak mengajarkan anak menghitung jumlah maka urutan satu, dua, tiga, dan seterusnya harus diucapkan dengan benar sesuai dengan urutanny. Bila hal ini dilakukan terus menerus maka anak secara otomatis akan mengingat urutan angka yang benar dalam menghitung jumlah jangan sekali-sekali mengganti menjadi tiga, dua, satu atau mengacaknya.<br />
<strong>The Cardinal Principle</strong><br />
Guru harus ingat untuk selalu mengulang angka terakhir atau jumlah benda yang dihitung. Misalnya menghitung 3 apel maka berdasarkan prinsip stable – order, harus disebut satu persatu, yaitu satu, dua, tiga dan guru harus menekankan pada angka tiga, terakhir menjadi satu, dua, tiga ….. tiga apel.<br />
<strong>The Abstraction Principle</strong><br />
Bila tiga prinsip sebelumnya mengajarkan bagaimana cara menghitung maka prinsip ini menekankan apa yang dapat dihitung. Umumnya anak usia 4 tahun sudah dengan amat aktif mencoba menghitung semua benda yang ada di sekitarnya. Mereka bahkan tidak memperhatikan penggolongan, seperti bentuk, warna, atau apapun. Mereka menggabungkan saja kursi, papan tulis, bentuk, mainan, dan hal-hal lain yang ada di dekat mereka.<br />
Karena anak usia ini sudah mempunyai ketertarikan untuk menghitung segala sesuatu maka mereka mulai dapat diajarkan hal-hal yang dapat dihitung. Misalnya kelompok kejadian, hewan, benda, dan segala hal yang ada disekitar mereka.<br />
<strong>The Order – Irrelevance Principle</strong><br />
Penting juga bagi anak untuk mengerti bahwa benda mana yang dihitung terlebih dahulu tidaklah menjadi masalah sehingga anak tidak terpaku pada bendanya, melainkan terbiasa dengan angka 1.<br />
Anak usia 5 tahun sudah dapat mengerti bahwa walaupun mereka harus selalu mulai dengan angka satu, angka satu ini dapat direpresentasikan dengan berbagai objek. Inilah yang dimaksudkan dengan prinsip ini. Maksudnya, anak sudah bisa mengerti bahwa bila hendak menghitung jumlah kotak yang ada di ruangan kelas (ada 3 kotak, satu berwarna biru, satu merah, dan satu hijau) maka angka satu dapat jatuh pada kotak biru, merah, atau hijau. Jadi yang penting adalah mulai dengan satu benda yang kita sebut ’satu’ dan lanjut ke benda lainnya. Benda mana yang berada pada urutan pertama atau terakhir tidak menjadi masalah.<br />
Kecerdasan matematis – logis didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kemampuan ini meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran (Amstrong, 1999).<br />
Kecerdasan matematis – logis mulai muncul pada masa kanak-kanak dan meledak pada masa remaja dan awal masa dewasa. Wawasan matematis tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun (Amstrong, 2003).<br />
Pada anak-anak, kecerdasan matematis – logis muncul dalam bentuk indikator berikut:<br />
1. Anak memiliki kepekaan terhadap angka, senang melihat angka dan cepat menghitung benda-benda yang dimiliki, cepat menguasai simbol angka dan pembilangan, mengidentifikasi dengan baik angka pada uang, serta mampu membilang dengan cepat.<br />
2. Anak tertarik dan terlibat dengan komputer dan kalkulator, anak suka bermain kalkulator, memencet-mencet dan senang melihat angka keluar, anak usia 4 – 6 tahun dapat memanfaatkan kalkulator untuk menambah dan mengurang, tetapi masih kesulitan membaca angka dalam jumlah banyak (diatas ratusan).<br />
3. Anak menyukai permainan yang menggunakan logika, strategi dan penuluran seperti maze.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-56211045909506890572012-08-20T01:11:00.000-07:002012-08-20T01:11:45.362-07:00Metode mengajar Matematika dan berhitung dengan Pemberian Tugas<b>Metode mengajar Matematika dan berhitung dengan Pemberian Tugas</b> - <br />
Pembelajaran akan tercapai jika enggunakan metode pembelajaran yang benar berikut adalah contoh penggunaan metode pemberian tugas dalam mengjar matematika dan berhitung<br />
<strong>Metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan dua cara:</strong><br />
1. Tugas yang diberikan guru bisa diselesaikan oleh peserta selama pengajaran berlangsung.<br />
2. Tugas yang diberikan guru bisa diselesaikan oleh peserta didik di luar kelas.<br />
Agar metode pemberian tugas dapat berlangsung secara efektif, perhatikan langkah-langkah berikut:<br />
<ol><li>Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis.</li>
<li>Tugas yang diberikan harus dipahami oleh peserta didik.</li>
<li>Apabila tugas tersebut berupa atau kelompok, maka perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok terlibat secara aktif.</li>
<li> Guru berupaya mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.</li>
<li>Berikanlah penilaian secara proporsional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik.</li>
</ol><b>metode pemberian tugas, metode pemberian tugas adalah, metode pemberian tugas anak tk, metode pemberian tugas bagi anak tk, metode pemberian tugas belajar dan resitasi, metode pemberian tugas dalam pembelajaran, metode pemberian tugas dan resitasi, metode pemberian tugas di tk, metode pemberian tugas menurut para ahli, metode pemberian tugas terstruktur, pelajaran matematika, pelajaran matematika kelas 3 sd, pelajaran matematika kelas 4, pelajaran matematika kelas 4 sd, pelajaran matematika kelas 5 sd, pelajaran matematika kelas 6, pelajaran matematika sd, pelajaran matematika sd kelas 1, pelajaran matematika smp, pelajaran matematika smp kelas 7 </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-4991790837024723242012-08-20T00:39:00.000-07:002012-08-20T00:39:20.485-07:00Karakteristik dan Metode Pembelajaran Tematik<b>Karakteristik dan Metode Pembelajaran Tematik</b> - <strong>Karakteristik Pembelajaran Tematik</strong><br />
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki<br />
karakteristik-karakteristik sebagai berikut:<br />
1. Berpusat pada siswa<br />
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan<br />
pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek<br />
belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan<br />
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.<br />
2. Memberikan pengalaman langsung<br />
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct<br />
experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang<br />
nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.<br />
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas<br />
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas.<br />
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat<br />
berkaitan dengan kehidupan siswa.<br />
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran<br />
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam<br />
suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu memahami konsepkonsep<br />
tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam<br />
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.<br />
5. Bersifat fleksibel<br />
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan<br />
ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan<br />
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan<br />
siswa berada.<br />
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa<br />
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan<br />
minat dan kebutuhannya.<br />
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan<br />
<br />
<strong>RAMBU-RAMBU</strong><br />
1. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan<br />
2. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester<br />
3. Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan untuk dipadukan.<br />
Kompetensi dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara tersendiri.<br />
4. Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik<br />
melalui tema lain maupun disajikan secara tersendiri.<br />
5. Kegiatan pembelajaran ditekankan pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung<br />
serta penanaman nilai-nilai moral<br />
6. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan, dan<br />
daerah setempatAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-36164503667129861382012-08-20T00:36:00.000-07:002012-08-20T00:36:55.484-07:00Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas<b>Mengenal Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas</b> - <br />
Metode Pemberian tugas merupakan Metode untuk mengukur kekreatifan anak dalam menangkap mata pelajaran yang di ajarkan oleh seorang guru tapi metode pemberian tugas juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu akan di bahas di bawah ini<br />
Kelebihan Metode pemberian tugas yaitu<br />
<ol><li>Pengajaran klasikal cenderung untuk menyesuaikan cara dan kecepatan mengajar terhadap ciri-ciri umum di kelas itu. Hal tersebut menjadi sulit diikuti oleh kelompok yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata. Dengan metode tugas setiap peserta didik dapat bekerja menurut tugas dan tempo belajarnya masing-masing.</li>
<li> Metode pemberian tugas digunakan untuk melatih aktivitas, kretivitas, tanggung jawab dan disiplin peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini penting karena dalam kegiatan pengajaran tidak selamanya peserta didik mendapat pengawasan dari guru.</li>
<li>Peserta didik mendapat kesempatan untuk melatih diri bekerja secara mandiri.</li>
<li>Metode pemberian tugas dapat merangsang daya pikir peserta didik, karena mereka dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapinya.</li>
<li>Pemberian tugas disamping dapat dilakukan secara individu bisa juga dilakukan secara kelompok, dalam hal ini peserta didik dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil.</li>
</ol>Disamping kelebihanyang dimilikinya, metode pemberian tugas juga memiliki beberapa kekurangan , yaitu:<br />
<ol><li>Apabila diberikan tugas kelompok, seringkali yang mengerjakannya hanya peserta didik tertentu saja. Sedangkan yang lainnya hanya numpang saja.</li>
<li> Apabila tugas diberikan diluar kelas, sulit untuk mengontrol peserta didik bekerja secara mandiri dan menyuruh orang lain untuk menyelesaikannya.</li>
<li>Metode pemberian tugas menuntut tanggung jawab guru yang besar untuk memeriksa dan memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang dikerjakan oleh peserta didik.</li>
<li> Sering terjadi penyimpangan dalam penggunaan metode pemberian tugas dari pengajaran menjadi semacam hukuman.</li>
<li>Apabila tugas sulit dikerjakan akan menyita waktu peserta didik untuk kegiatan lainnya.</li>
</ol><br />
<b>metode pemberian tugas, metode pemberian tugas adalah, metode pemberian tugas anak tk, metode pemberian tugas bagi anak tk, metode pemberian tugas belajar dan resitasi, metode pemberian tugas dalam pembelajaran, metode pemberian tugas dan resitasi, metode pemberian tugas di tk, metode pemberian tugas menurut para ahli, metode pemberian tugas terstruktur </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-23360131991646645372012-08-20T00:34:00.000-07:002012-08-20T00:34:56.279-07:00 Kesulitan Siswa Dalam Belajar dan Pembelajaran Bilangan Rasional<b>Kesulitan Siswa Dalam Belajar dan Pembelajaran Bilangan Rasional - </b>Konsep pecahan dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai, sebagai bekal untuk mempelajari bahan matematika berikutnya dan bukan bahan matematika yang terkait. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa siswa Sekolah Dasar kesulitan memahami pecahan dan operasinya. Para guru cenderung menggunakan cara yang mekanistik, yaitu memberikan aturan secara langsung untuk dihafal, diingat dan diterapkan. Perubahan cara mengajar tidak banyak dilakukan para guru karena secara empirik mereka selalu gunakan cara yang sama dari waktu ke waktu.<br />
Untuk mengenalkan konsep operasi hitung bilangan dapat dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :<br />
1) tahap pengenalan konsep secara konkret<br />
2) tahap pengenalan konsep secara semi konkret atau semi abstrak<br />
3) tahap pengenalan konsep secara abstrak.<br />
Dalam tahap pertama ada dua model peragaan yang dapat dikembangkan yaitu model yang menggunakan pendekatan himpunan (yaitu menggunakan karton warna warni yang merupakan bagian dari satu keseluruhan), model yang kedua yaitu menggunakan pendekatan hukum kekekalan panjang (yaitu menggunakan alat peraga balok pecahan, pita garis bilangan dan tangga bilangan).<br />
Potongan karton dengan warna yang menarik dan beragam dapat dimanfaatkan untuk membuat bahan manipulatif dalam menjelaskan pecahan, sifat-sifat pecahan, dan operasi pecahan. Penjelasan dengan bahan manipulatif sebaiknya diakhiri dengan penyelidikan pola atau aturan umum yang berlaku.<br />
<br />
<b>Bilangan Rasional, bilangan rasional dan contohnya, bilangan rasional dan desimal, bilangan rasional dan irasional, bilangan rasional dan irasional beserta contohnya, bilangan rasional dan irasional sekolah dasar, bilangan rasional dan operasinya, bilangan rasional irasional, bilangan rasional pdf, kesulitan belajar, kesulitan belajar adalah, kesulitan belajar anak, kesulitan belajar anak sd, kesulitan belajar bahasa inggris, kesulitan belajar kimia, kesulitan belajar matematika, kesulitan belajar membaca, kesulitan belajar pada anak, kesulitan belajar siswa </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-6332955339734993622012-08-20T00:27:00.002-07:002012-08-20T00:27:53.895-07:00Mengenal Komponen Pembelajaran yang Baik<b>Mengenal Komponen Pembelajaran yang Baik</b> - <br />
Komponen Pembelajaran merupakan hal penting dalam mendidik siswa didik untuk mencapai kesuksesan.<br />
Ada empat komponen utama dalam kegiatan pembelajaran (perhatikan bagan pada bagian akhir makalah ini), yaitu:<br />
1. Hasil belajar (Expected Output) menunjukkan kepada tingkat kualifikasi ukuran baku (Standaring Norms) menjadi sasaran sekaligus tujuan yang mesti dicapai melalui berbagai kegiatan pengalaman siswa secara utuh, menyeluruh dan terpadu. Hasil belajar yang efektif tidak hanya menekankan pada salah satu dari ketiga orientasi hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor), melainkan keseimbangan dalam pengembangan -nya secara proporsional.<br />
2. Karakteristik siswa (Raw Input) merupakkan dasar dan landasan dalam pengembangan kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran akan efektif apabila mengacu pada karakteristik siswa, terutama berkenaan dengan potensi dasar yang dimilikinya. Di samping itu berkenaan dengan aspek-aspek individual dan kepribadian, baik bersifat fisiologis maupun psikologis.<br />
3. Sarana Prasarana (Instrumental Input) merupakan kelengkapan dari fasilitas yang diperlukan dalam memberikan sejumlah pengalaman belajar kepada para siswa, baik hal-hal yang bersifat teoritis, teknis maupun hal lainnya yang bersifat praktis.<br />
4. Lingkungan (enverionmental Input) menunjukkan pada situasi dan keadaan fisik, lingkungan sosial dan budaya yang mengitari tempat berlangsungnya proses pembelajaran, baik aspek lingkungan yang bersifat aktif maupun aktif. Dalam pengembangan pengalaman belajar, lingkungan sekaligus merupakan sumber bagi kegiatan belajar siswa.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-23416533328656927432012-08-20T00:26:00.000-07:002012-08-20T00:26:29.361-07:00Mengenal Konsep Belajar dan Pembelajaran<b>Mengenal Konsep Belajar dan Pembelajaran</b> - <u><b>1. MAKNA BELAJAR DAN MENGAJAR</b></u><br />
Belajar dan mengajar adalah dua aktivitas yang hampir tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya, terutama dalam prakteknya di sekolah-sekolah. Bahkan apabila keduanya telah digerakkan secara sadar dan bertujuan, maka rangkaian interaksi belajar-mengajar akan segera terjadi. Sehubungan dengan hal ini ada baiknya kedua istilah tersebut untuk dibahas.<br />
A. Belajar<br />
Kita masih ingat bahwa “belajar” pernah dipandang sebagai proses penambahan pengetahuan. Bahkan pandangan ini mungkin hingga sekarang masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Akibatnya, “mengajar” pun dipandang sebagai proses penyampaian pengetahuan atau keterampilan dari seorang guru kepada siswanya.<br />
Pandangan semacam itu tidak terlalu salah, akan tetapi masih sangat parsial, terlalu sempit, dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasif. Oleh sebab itu, pandangan tersebut perlu diletakkan pada perspektif yang lebih wajar sehingga ruang lingkup substansi belajar tidak hanya mencakup pengetahuan, tetapi juga keterampilan, nilai dan sikap.<br />
Sebagai landasan pembahasan mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, berikut ini kami kemukakan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh Drs.M.Ngalim Purwanto.MP (1990).<br />
a) Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975). “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang ( misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya ).”<br />
b) Gagne, dalam buku The conditions of Learning (1977). “ Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya ( performance-nya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.”<br />
c) Morgan, dalam buku Introduction to Psychology (1978). “ Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.”<br />
d) Witherington,dalam buku Educational Psychology. “ Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yan menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.”<br />
Dari definsi-definisi yang dikemukakan diatas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang merincikan pengertian tentang belajar, yaitu bahwa :<br />
a)Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.<br />
b)Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman : dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.<br />
c)Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lam periode waktu itu berlangsung sulit dtentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.<br />
d)Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: Perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah / berfikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.<br />
B.Mengajar<br />
Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa istilah belajar pernah dipandang sebagai proses penambahan pengetahuan. Senada dengan nuansa penafsiran terhadap belajar seperti itu, maka “mengajar “ pun pernah dianggap sebagai proses pemberian atau penyampaian pengetahuan. Pandangan demikian membawa konsekuensi logis terhadap situasi belajar –mengajar yang diwujudkan oleh guru, yakni proses belajar-mengajar (PBM) yang terjadi di dalamnya bersifat teacher-centered. Pengajaran menjadi berpusat pada guru mengajar lebih dominan daripada belajar. Guru berperan sebagai pemberi informasi sebanyak-banyaknya kepada para siswa (information givers) atau dengan nama lain sebagai instructor. Oleh sebab itu, sumber belajar yang digunakan, maksimal hanya sebatas apa yang ada diantara dua kulit buku dan empat dinding kelas. Bahkan, banyak diantara mereka yang menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar. Akibatnya, siswa-siswa menjadi individu-individu yang pasif, kedaulatan merekapun pada akhirnya harus tunduk pada kekuasaan guru. Mereka tidak dididik untuk berfikir kritis, berlatih menemukan konsep atau prinsip, ataupun untuk mengembangkan kreatifitasnya. Mereka tidak dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan yang perubahan-perubahannya sangat cepat, bahkan dapat terjadi dalam hitungan detik seperti sekarang ini. Hal ini bisa terjadi pada masa mendatang, karena dengan penerapan konsep mengajar semacam itu, siswa-siswa tidak dididik untuk belajar sebagai manusia seutuhnya, sementara kita berharap agar kelak siswa-siswa menjadi orang-orang yang terdidik, tidak sekedar tersekolah atau belajar.<br />
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka mengajar sepantasnya dipandang sebagai upaya atau proses yang dilakukan oleh seorang guru untuk membuat siswa-siswanya belajar. Dalam hal ini guru berupaya untuk membelajarkan siswa-siswanya, dan sebaliknya para siswa menjadi pembelajar-pembelajar yang aktif, kritis dan kreatif. Dengan cara ini interaksi belajar mengajar dapat terjadi, dan pengajaran tidak lagi bersifat teacher-centered, karena telah bergeser pada kontinum pengajaran yang lebih bersifat student-centered. Pertanyaan selanjutnya, yang menggelitik kita selaku guru yang bertugas pada era informasi ini yaitu : Apakah diantara kita yang terlanjur telah menerapkan pengajaran bersifat teacher-centered akan segera berubah kearah student-centered ?<br />
<br />
<u><i><b>2. MAKNA PEMBELAJARAN</b></i></u><br />
Istilah pembelajaran mengundang berbagai kontroversi diberbagai kalangan pakar pendidikan, terutama di antara guru-guru di sekolah. Hal ini disebabkan oleh demikian luasnya ruang lingkup pembelajaran, sehingga yang menjadi subyek belajar atau pembelajarpun bukan hanya siswa dan mahasiswa, tetapi juga peserta penataran/pelatihan atau pendidikan dan pelatihan (diklat), kursus, seminar, diskusi panel, symposium, dan bahkan siapa saja yang berupaya membelajarkan diri sendiri.<br />
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatau system atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien (Depdiknas,Model pembelajaran IPA SD,2003). Dengan demikian, jika pembelajaran dianggap sebagai suatu system, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya bila pembelajaran dianggap sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat-alat evaluasi. Persiapan pembelajaran ini juga mencakup kegiatan guru untuk membaca buku-buku atau media cetak lainnya yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disajikan kepada para siswa dan mengecek jumlah dan keberfungsian alat peraga yang akan digunakan.<br />
Setelah persiapan tersebut, guru melaksanakan kegiatan-kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran, struktur dan dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan meode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru yang bersangkutan, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa. Jadi semuanya itu akan menentukan terhadap struktur pembelajaran.<br />
<br />
<b> belajar, contoh-kti, karakteristik pembelajaran, konsep belajar, konsep pembelajaran, konsep pendidikan, kti pembelajaran, manfaat pembelajaran, manfaat ptk, metode pembelajaran, metode problem soulving, metode research, metode yang baik, metose siswa, pembelajaran, pembelajaran mandiri, pembelajaran yang baik mengatasi murid dalam pembelajaran, pendidikan, pendidikan di indonesia, ptk pembelajaran anak, skripsi pembelajaran</b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-29525400928546672062012-08-20T00:17:00.000-07:002012-08-20T00:17:49.214-07:00Mengenal Konsep Dasar Kinerja Guru<b>Mengenal Konsep Dasar Kinerja Guru - </b>Istilah Kinerja berasal dari kata job performane atau actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Menurut Mangkunegara “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.<br />
Kinerja merupakan terjemahan dari bahasa Inggris work performance atau job performance. Kinerja dalam bahasa Indonesia disebut juga prestasi kerja. Kinerja atau prestasi kerja diartikan sebagai ungkapan kemampuan yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi dalam menghasilkan sesuatu. Masalah kinerja selalu mendapat perhatian dalam manajemen karena sangat berkaitan dengan produktivitas lembaga atau organisasi. Hal ini sebagaimana pendapat Keith Davis bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (abality) dan faktor motivasi (motivation) atau dengan kata lain, “performance = abality + motivation”.<br />
Seperti diketahui banyak orang yang mampu bekerja tetapi tidak mempunyai motivasi untuk melaksanakan sesuatu maka tidak menghasilkan kinerja, demikian juga bayak orang yang termotivasi tetapi tidak mampu melaksanakan suatu pekerjaaan, maka juga tidak menghasilkan kinerja apa-apa. Kinerja adalah sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan bekerja, dengan kata lain kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja.<br />
Kinerja atau performance merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja individu adalah dasar kinerja organisasi, dan untuk memaksimalkan kinerja masing-masing individu, berhubungan dengan perilaku individu.<br />
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seorang guru di lembaga pendidikan atau madrasah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhannya.<br />
Dalam manajemen berbasis sekolah (MBS), pelaksanaan program-program sekolah harus didukung oleh adanya kepemimpinan madrasah yang demokratis dan profesional. Kepala madrasah dan guru-guru sebagai pelaksana inti program madrasah merupakan orang-orang yang harus memiliki kemampuan dan integritas professional. Pelaksanaan MBS menuntut kepemimpinan kepala madrasah profesional yang memiliki kemampuan manajerial dan integritas pribadi untuk mewujudkan visi menjadi aksi.<br />
Terkait dengan kinerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja guru, salah satunya adalah faktor kepemimpinan. Mathieu dalam penelitiannya menemukan bahwa bawahan dengan kebutuhan berprestasi rendah lebih suka kepemimpinan yang direktif (yang berorientasi tugas), sementara bawahan dengan kebutuhan berprestasi tinggi menginginkan kepemimpina sportif (yang berorientasi pada hubungan antar manusia).<br />
Banyak hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam sebuah organisasi merupakan faktor yang berhubungan dengan produktivitas dan efesiensi organisasi. Sutermeiter (1985) mengemukkan ada beberapa faktor determinan terhadap produktivitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership) dan pemimpin (leader).<br />
Hal senada juga diungkapkan Sagir (1985) menunjukkan enam faktor yang turut menetukan tingkat produktivitas, yaitu: pendidikan, teknologi, tata nilai, iklim kerja, derajat kesehatan dan tingkat upah minimal.65 Dari keenam faktor tersebut yang mendukung produktivitas tenaga kependidikan, secara eksplisit disebutkan dalam iklim kerja diuraikan pentingnya kepemimpinan kepala sekolah.<br />
Studi yang dilakukan oleh Gilberg Austin terhadap kepala sekolah di bagian Maryland, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa:<br />
”This research indicated that one diffrence between high and low achieving school was the impact of the principal. In higher achieving school, prinsipals exerted strong leadership, participated directly and frequently in instructional matters, had higher expectation for succes, and were oriented toward academic goal.<br />
Ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara sekolah yang berprestasi tinggi dan yang rendah disebabkan oleh adanya pengaruh kepala sekolahnya. Pada sekolah yang berprestasi tinggi, kepemimpinan kepala sekolahnya sangat berpengaruh dan seringkali kepala sekolah terlibat langsung dalam masalah pembalajaran. Kepala sekolah mempunyai harapan yang tinggi untuk sukses dan memfokuskan pada pencapaian tujuan akademik.<br />
Beberapa riset menyimpulkan bahwa kepala sekolah memainkan peranan penting terhadap efektivitas sekolah (Walcott, 1993). Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Ruth Love dalam Edward Deroche (1996) yang menyatakan, ” I never seen a good school without a good principals”. Hal yang hampir sama dikemukakan James B. Conant dalam Edward Deroche (1996) yang menyatakan, ”the difference between a good and a poor school is often the difference between a good and a poor principals”.<br />
Fred Fiedler (1976) menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif tergantung pada pasangan yang cocok antara gaya pemimpin dalam berinteraksi dengan bawahannya dan tingkatan dimana keadaan memberi pengaruh serta kendali terhadap pemimpin.68 Hal ini berarti bahwa kinerja itu dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan dan juga situasi. Lebih lanjut Fiedler menyatakan bahwa gaya dasar kepemimpinan seseorang merupakan faktor kunci dalam kesuksesan kepemimpinannya.<br />
Dalam penelitian Hanson (1995) sebagaimana dikutip Rudolf Kempa mengatakan bahwa perilaku kepemimpinan yang menyejukkan guru, tidak stres dalan tugas dan ramah akan membuat guru menjadi senang terhadap kepala sekolahnya, guru senang tinggal di sekolah, dan lebih penting lagi guru akan berusaha meningkatkan kinerjanya semaksimal mungkin. Guru akan merasa terpanggil hati nuraninya untuk melaksanakan tugas. Jika guru telah merasakan bahwa bekerja adalah suatu kewajiban, niscaya guru tersebut akan terpanggil untuk mendalami segala sesuatu dalam rangka peningkatan kinerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, diduga ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah, stres kerja guru dan kinerja guru.<br />
Halpin (1971) menjelaskan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah merupakan inti dari berbagai kondisi di sekolah. Artinya baik buruknya kondisi di sekolah lebih banyak ditentukan oleh perilaku kepemimpinan kepala sekolah, termasuk terbentuknya kinerja guru di sekolah.<br />
Hasil penelitian Rifa’i (2007) yang berjudul kontribusi gaya kepemimpinan situasional dan motivasi berprestasi terhadap kinerja guru MTs Negeri Di Kabupaten Ponorogo. Gaya kepemimpinan dalam penelitian tersebut dijabarkan menjadi gaya bercerita, gaya penjualan, gaya partisipasi dan gaya pendelegasian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:<br />
Dari hasil analisis regresi membuktikan terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan (bercerita dan partisipasi), tingkat motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Tidak terdapat hubungan yang signifikan gaya kepemimpinan (gaya menjual dan gaya pendelegasian) dengan kinerja guru. Secara simultan terdapat hubungan yang signifikan antara gaya kepemimpinan dan motivasi berprestasi dengan kinerja guru. Lebih lanjut Pesireron dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMA swasta di Kota Ambon.<br />
Berdasarkan pandangan para ahli dalam temuan penelitian diatas, dapat di simpulkan bahwa kinerja guru dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan, keterampilan manajerial, dan daya tahan stres kerja. Perilaku kepemimpinan memberikan pengaruh pada kinerja guru baik langsung ataupun melalui keterampilan manajerial.<br />
<br />
<b>indikator kinerja guru profesional, instrumen penilaian kinerja guru profesional, kinerja guru, kinerja guru adalah, kinerja guru bk, kinerja guru dalam pembelajaran, kinerja guru dan kepala sekolah, kinerja guru di indonesia, kinerja guru online, kinerja guru profesional, kinerja guru sd, kinerja guru sertifikasi, kinerja guru yang profesional, makalah kinerja guru profesional, penilaian kinerja guru profesional, peningkatan kinerja guru profesional, profesionalisme kinerja guru, tupoksi dan kinerja guru profesional </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-4536683829283566652012-08-20T00:15:00.000-07:002012-08-20T00:15:14.465-07:00Konsep Kinerja Guru MSDM<b>Konsep Kinerja Guru dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) - </b>Dalam SDM, Grounlound mendeskripsikan kinerja merupakan penampilan prilaku kerja yang ditandai oleh keluwesan gerak, ritme dan urutan kerja yang sesuai dengan prosedur sehingga diperoleh hasil yang memenuhi syarat kualitas, kecepatan dan jumlah.<br />
a. Faktor yang Membentuk Kinerja<br />
Secara umum terbentuknya kinerja disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor kemampuan, Upaya dan kesempatan/Peluang. Yang dikonotasikan dalam bentuk persamaan menjadi sebagai berikut:<br />
Ketidak-hadiran salah satu faktor dapat mengakibatkan tidak bernilainya kedua faktor lain. Adapun kompetensi dari ke tiga faktor tersebut sebagai berikut:<br />
a) Faktor Kemampuan merupakan fungsi dari pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan teknologi. Sebab, faktor ini memberikan indikasi terhadap batas kemungkinan kinerja yang dapat dicapai.<br />
b) Faktor Upaya merupakan kebutuhan sarana, harapan dan ganjaran. Kemampuan individual dan kelompok termotivasi sehingga dapat mencurahkan upaya atau usaha sebesar mungkin.<br />
c) Faktor Peluang kepada individu atau bawahan agar dapat menggnakan kemampuan dan upaya mereka ditempat-tempat yang berarti dalam pekerjaanya.<br />
Peter Drucker dalam August dan Simth mengemukan bahwa mengevaluasi kinerja dapat diketahui dengan baik berdasarkan suatu proses penilaian jika semua tugas yang akan dilaksanakan oleh seseorang benar-benar dapat menjabarkan sebagai suatu yang komperhensif.<br />
<br />
<b>aktivitas manajemen sumber daya manusia, arti manajemen sumber daya manusia, artikel manajemen sumber daya manusia, artikel manajemen sumber daya manusia download, artikel tentang manajemen sumber daya manusia, audit manajemen sumber daya manusia, bahan kuliah manajemen sumber daya manusia, buku manajemen sumber daya manusia, contoh jurnal manajemen sumber daya manusia, contoh makalah manajemen sumber daya manusia, contoh manajemen sumber daya manusia, contoh proposal manajemen sumber daya manusia, contoh proposal skripsi manajemen sumber daya manusia, contoh skripsi manajemen sumber daya manusia, contoh tesis manajemen sumber daya manusia, definisi manajemen sumber daya manusia, download buku manajemen sumber daya manusia, ekonomi sumberdaya manusia, free download skripsi manajemen sumber daya manusia, fungsi manajemen sumber daya manusia, fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia, judul skripsi manajemen sumber daya manusia, jurnal ekonomi manajemen sumber daya manusia, jurnal internasional manajemen sumber daya manusia, jurnal management sumber daya manusia, jurnal manajemen sumber daya manusia, jurnal manajemen sumber daya manusia pdf, jurnal manajemen sumberdaya manusia, jurnal sumberdaya manusia, kasus manajemen sumber daya manusia, kegiatan manajemen sumber daya manusia, konsep manajemen sumber daya manusia, magister manajemen sumber daya manusia, makalah manajemen sumber daya manusia, makalah tentang manajemen sumber daya manusia, managemen sumber daya manusia, manajemen personalia dan sumber daya manusia, manajemen sumber daya alam, manajemen sumber daya manusia 2, manajemen sumber daya manusia adalah, manajemen sumber daya manusia berbasis kompetensi, manajemen sumber daya manusia di indonesia, manajemen sumber daya manusia doc, manajemen sumber daya manusia global, manajemen sumber daya manusia internasional, manajemen sumber daya manusia pendidikan, manajemen sumber daya manusia perbankan, manajemen sumber daya manusia perusahaan, manajemen sumber daya manusia ppt manajemen sumber daya manusia pdf, manajemen sumber daya manusia strategik, manajemen sumberdaya manusia, manfaat manajemen sumber daya manusia, masalah manajemen sumber daya manusia, mata kuliah manajemen sumber daya manusia, materi kuliah manajemen sumber daya manusia, materi manajemen sumber daya manusia, model manajemen sumber daya manusia, modul manajemen sumber daya manusia, paper manajemen sumber daya manusia, pelatihan manajemen sumber daya manusia, pendahuluan manajemen sumber daya manusia, pendekatan manajemen sumber daya manusia, penelitian manajemen sumber daya manusia, pengantar manajemen sumber daya manusia, pengelolaan sumber daya manusia, pengembangan manajemen sumber daya manusia, pengertian manajemen sumber daya manusia, pengertian manajemen sumber daya manusia menurut para ahli, pentingnya manajemen sumber daya manusia, peran manajemen sumber daya manusia, peranan manajemen sumber daya manusia, perencanaan manajemen sumber daya manusia, perencanaan sumber daya manusia, perencanaan sumberdaya manusia, perkembangan manajemen sumber daya manusia, prinsip-prinsip manajemen sumber daya manusia, proposal manajemen sumber daya manusia, proposal skripsi manajemen sumber daya manusia, proses manajemen sumber daya manusia, sap manajemen sumber daya manusia, seminar manajemen sumber daya manusia, siklus manajemen sumber daya manusia, silabus manajemen sumber daya manusia, sistem informasi manajemen sumber daya manusia, sistem manajemen sumber daya manusia, skripsi ekonomi manajemen sumber daya manusia, skripsi manajemen sumber daya manusia, skripsi manajemen sumber daya manusia pdf, strategi manajemen sumber daya manusia, sumber daya manusia, sumberdaya manusia, tantangan manajemen sumber daya manusia, teori manajemen sumber daya manusia, tesis manajemen sumber daya manusia, thesis manajemen sumber daya manusia, tugas manajemen sumber daya manusia, tujuan manajemen sumber daya manusia </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-85553004146513946542012-08-20T00:12:00.000-07:002012-08-20T00:12:00.809-07:00Mengenal Konsep Perubahan Budaya Belajar<b>Mengenal Konsep Perubahan Budaya Belajar</b> - <br />
<ol><li><strong>KONSEP BUDAYA BELAJAR </strong></li>
</ol>Secara konseptual perlu dipahami apa dan bagai mana budaya belajar, baik dilihat dari batasan atau pengertian, sifat, wujud, sampai kebidang-bidangnya. Dari paparan para Ahli, terdapat beberapa cara pandang mengenai budaya belajar, yaitu : 1) budaya belajar dipandang sebagai system pengetahuan menyiratkan. 2) budaya belajar berfungsi sebagai “pola bagi kehidupan manusia” yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersama sebagai sebuah pedoman. 3) budaya belajar digunakan juga untuk memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalaman. 4) budaya belajar juga di pandang sebagai proses adaptasi manusia dengan lingkungannya baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social.<br />
<br />
<ol><li><strong>Pengertian budaya belajar </strong></li>
</ol>konsep budaya belajar bersumber dari konsep budaya, tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasikan pengalaman lingkunagnnya serta menjadi kerangka landasan bagi menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan.<br />
Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya. Cara pandang budaya belajar sebagai pengetahuan menyiratkan, bahwa budaya belajar dapat berfungsi sebagai “pola bagi kelakuan manusia” yang menjadikan pola tersebut berfungsi sebagai blueprint atau pedoman hidup yang dianut secara bersamaan.. udaya belajar dapat juga dipandang sebagai adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. Adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungnya ; atau sebaliknya manusia juga belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat sesuai dengan keinginan dan tujuan. Kenyataan lain menunjukan, bahwa lingkungan dengan segala sumberdaya memiliki keterbatsan-keterbatsan, namun pada pihak lain kebutuhan manusia dalam rangka memenuhi syarat dasar hidupnya setiap saat senantiasa mengalami peningkatan. Implikasinya pada setiap pembelajaran baik individu maupun kelompok akan memiliki pilihan strategi yang satu sama lain salaing berbeda. Individu atau kelompok pembelajar dengan pengetahuan belajarnya akan melihat permasalahan adanya keterbatasan tersebut dengan cara merespon secara aktif. Permasalahan yang berlangsung dilingkungannya itu akan berusahan untuk diatasi dengan pembelajaran. Kemampuan budaya belajar individu atau kelompok social keadaftipanya ditunjukan untuk memecahkan berbagai persoalan yang timbul dilingkungannya.<br />
<br />
<ol><li><strong>Sifat-sifat budaya belajar</strong></li>
</ol><ol><li><strong>Budaya belajar dimilki bersama </strong></li>
</ol>sifat budaya belajar yang melekat dalam kebudayaan diciptakan oleh kelompok manusia secara bersama. Kerana terlahir dari potensi yang dimilki manusia, maka budaya belajar kelompok itu merupakan suatu karya yang dimilki bersama. Bermacam-macam jenis kebudayaan tergantung dari pengkategorianya. Seorang individu akan menjadi pendukung budaya belajar yang bersumber dari latar belakang etnis, sekaligus menjadi pendukung budaya belajar masyarakat yang didiaminya.<br />
<ol><li><strong>Budaya belajar cenderung bertahan dan berubah</strong></li>
</ol>Karena dimiliki bersama, maka kebudayaan cenderung akan dipertahankan bersama (masyarakat tertutup / statis).namun disisi yang lain karena hasil kesepakatan untuk diciptakan dan dimiliki bersama, maka kebudayaan juga akan dirubah manakala terdapat kesepakatan untuk melakukannya secara bersamaan (masyarakat terbuka / dinamis). Sifat bertahan dan berubah saling berjelintangan tergantung dari kesepakatan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Dalam kenyataannya tidak ada suatu kebudayaan masyarakat dunia yang selamanya bertahan atau tutup atau selamanya terbuka atau berubah.<br />
Umumnya budaya belajar capat atau lambat mengalami perubahan selain pertahanan, namun yang harus dicatat adalah adanya perbedaan pada level individu atau kelompok sosial dalam lamanya bertahan atau cepatnya berubah. Pada batas-batas tertentu jenis budaya akan mencerminkan dalam sifat budaya belajar yang cenderung terbuka ataupun sebaliknya yaitu cenderung tertutup. Sifat budaya belajar terwujud dalam bentuk terbuka atau tertutup dipengaruhi oleh materi pembelajaran apa yang dipandang penting. Materi belajar yang tidak relevan dan dibutuhkan memungkinkan akan tidak mengembangkan budaya belajar terbuka demikian sebaliknya.<br />
<ol><li><strong>Fungsi budaya belajar untuk pemenuhan kebutuhan manusia</strong></li>
</ol>Kebudayaan diciptakan bersama dan dikembangkan bersama karena dipercayai akan berdaya guna untuk keperluan dan memenuhi kebutuhan hidupnya, baik secara individu maupun kolektif. Demikian dengan budaya belajar yang diciptakan dan dikembangkan oleh manusia dengan maksud sebagai sarana bagi pencapaian tujuan hidupnya. Yakni memenuhi kebutuhan hidup pada hari dan masa yang akan datang. Ada tiga dasar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia bengan budaya belajarnya, yakni :<br />
a. syarat dasar alamiah yakni syarat pemenuhan kebutuhan biologis<br />
b. syarat kejiwaan atau psikologis yakni syarat kebutuhan untuk sehat secara kejiwaan<br />
c. kebutuhan dasar sosial yakni kebutuhan untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan sesama manusia.<br />
<strong>d. Budaya belajar diperoleh melalui proses belajar</strong><br />
Budaya belajar bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetik yang bersifat herediter, melainkan dihasilkan melalui proses belajar oleh individu kelompok sosial dilingkunganya. budaya belajar adalah produk ciptaan manusia yang bersifat khas yang dibentuk melalui lingkungan budaya.<br />
Faktor yang menentukan dalam mempelajari kebudayaan belajar adalah lewat komunikasi dengan simbol bahasa. Bagaimanpun sederhanannya suatu kebudayaan masyarakat, individu atau kelompok sosial pendukungnya masih bisa berkomunikasi dengan bahasa ciptaannya. Semakin maju suatu budaya belajar, maka struktur komunikasi berbahasa memperlihatkan kompleksitasnya. Dalam budaya belajar, peranan bahsa menjadi alat yang kehadirannya sangat diperlukan dalam pewarisa budaya.<br />
<br />
<ol><li><strong>Perwujudan budaya belajar</strong></li>
</ol>Wujud budaya belajar dalam kehidupan dapat dilihat pada dua kategori bentuk. Pertama, perwujudan budaya belajar yang bersifat abstrak dan kedua perwujudan budaya yang bersifat kongkrit.<br />
Perwujudan budaya yang bersifat abstrak adalah konsekuensi dari cara pandang budaya belajar sebagai sistem pengetahuan yang diyakini oleh individu atau kelompok sesial sebagai pedoman dalam belajar. Perwujudan budaya belajar yang abstark berada dalam sistem gagasan atau ide yang bersifat abstrak akan tetapi beroperasi.<br />
Perwujudan budaya belajar yang diperlihatkan secara konkrit berupa (a) dalam prilaku belajar. (b) dalam ungkapan bahasa dalam belajar; dan (c) hasil belajar berupa material.<br />
Budaya belajar dalam bentuk prilaku tampak dalam interaksi sosial. Perilaku belajar individu atau kelompok yang berlatar belakang status sosial tertentu mencerminkan pola budaya belajarnya.Perwujudan perilaku belajar individu atau kelompok sosial dapat juga dilihat dari kondisi resmi dan tidak resmi juga. Perbedaan dalam kondisi mencerminkan adanya nilai, norma dan aturan yang berbeda.<br />
Bahasa adalah salah satu perwujudan budaya belajar secara kongkrit pada individu atau kelompok sosial. Kekurangan dalam menggunakan bahasa sedikit banyak akan menghambat percepatan dalam merealisasikan dan mengembangkan budaya belajar.<br />
Penguasaan bahasa ilmu pengetahuan dari berbagai bangsa lain memungkinkan akan memperkuat dan mengembangkan budaya belajar seseorang atau kelompok sosial. Hasil belajar berupa material menjadikan perwujudan konkret dari sistem budaya belajar individu atau kelompok sosial. Hasil belajar tidak saja berbentuk benda melainkan keterampilan yang mengarahkan pada keterampilan hidup (life skill).<br />
<br />
<ol><li><strong>Substansi budaya belajar</strong></li>
</ol>Sebagaimana kebudayaan, maka budaya belajar juga memiliki substansi yang senatiasa melekat pada kehidupan masyarakat. Substansi budaya belajar dikategorikan dalam tiga bagian penting, yakni : a) sistem pengetahuan budaya belajar; b) sistem nilai budaya belajar dan sistem etos budaya belajar dan ; c) sistem pandangan hidup mengenai budaya belajar.<br />
Sistem pengetahuan budaya belajar yang dimilki manusia merupakan hasil akumulasi perolehan pembelajaran sepanjang hidupnya dilingkungannya, baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan alam. Pengetahuan budaya belajar melalui lingkungan tersebut sebagai bentuk penyesuaian diri dengan kenyataan-kenyataan hidup. Manusia dangan pengetahuannya belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan tetap bisa hidup dalam kondisi apapun.<br />
Ada tiga cara manusia mendapatkan pengetahuan belajarnya yang diperoleh dari penyesuaian diri dengan lingkungannya, yakni : a) melalui serangkaian pengalaman hidupnya tentang kehidupan yang dirasakan, baik pengalaman dalam lingkungan alam ataupun sosial. Pengalam individu atau kelompok sosial menjadi pedoman dalam pengetahauan pembelajaran yang penting. b) melalui berbagai pengajaran yang diperolehnya baik melalui pembelajaran dirumah, masyarakat maupun pendidikan di sekolah. c) pengetahuan juga diperoleh melalui petunjuk-petunjuk yang bersifat simbolik yang sering juga disebut sebagai komunikasi simbolik.<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kepentingan nilai belajar adalah pengalaman dan orientasi budaya dimasa depan. Nilai budaya belajar juga akan berkaitan dengan jenis materi belajar apa yang dipandang penting oleh suatu masyarakat. Dengan demikian dapatlah disimpulkan, sebagaimana sistem pengetahuan budaya belajar, maka dalam nilai budaya belajar juga mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut mengikuti pola perubahan sosial budayanya.pandangan hidup budaya belajar terbentuk atas dasar sistem pengetahuan, nilai dan etos budaya belajar yang dianut oleh masyarakat setempat. Sistem pengetahuan belajar yang diperoleh dari lingkungan masyarakat dioperasikan dalam bentuk sistem berfikir mengenai pengkategorian.<br />
<br />
<ol><li><strong>Bidang Materi budaya belajar</strong></li>
</ol>Mengingat budaya belajar berlangsung dalam kehidupan, maka yang menjadi garapan atau materi pembelajaran adalah seluruh bidang kehidupan manusia. Para ahli budaya sepakat untuk menerapkan bidang-bidang kehidupan manusia yang senantiasa dibutuhkan dalam kehidupan di masyarakat yakni :<br />
<strong>1. </strong><strong>Materi belajar sistem kepercayaan dan religi </strong><br />
Lima komponen yang dimasukan dalam materi belajar sistem kepercayaan dan religi, yakni:<br />
a. Emosi Keagamaan<br />
b. Sistem keyakinan<br />
c. Sistem ritus/ritual dan upacara keagamaan<br />
d. Pelaksanaan ritus/ritual menggunakan tempat yang khusus<br />
e. Ummat beragama<br />
<br />
<strong>2. </strong><strong>Materi belajar sistem Organisasi Sosial</strong><br />
Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa hidup secara kelompok. Sikap hidup untuk berkelompok bukan karena insting semata melainkan atas dasar kebutuhan bersama. Mereka memandang hidup berkelompok jauh lebih menguntungkan dibandingkan hidup menyendiri. Terdapat dua submateri yang dijadikan bahan mengenai kehidupan sosial berikut organisasinya, yakni a) organisasi simbiotik, yakni organisasi yang semata-mata terbentuk atas tingkah laku fifik yang bersifat otomatis dan organisasi sosial, yang berbentuk atas dasar komunikasi dengan menggunakan sistem lambang.<br />
Materi organisasi sosial mempunyai dua aspek penting untuk diajarkan yakni asfek fungsi dan aspek stuktur.berkenaan dengan fungsi suatu organisasi dalam kehidupan dilakukan dengan bermacam materi berikut dengan tingkat kesulitan.dalam pencapain ketertiban diperlakukan sejumlah syarat yang harus di penuhi,diantaranya: (a) memiliki aturan yang baku dan aturan tersebut diterima oleh semua anggota kelompok; (b)adanya kekuasaan yang dapat memaksakan individu untuk mematuhi aturan yang ada; (c)adanya koordinasi antarlapisan masyarakat (lapisan bawah,menegah dan lapisan atas); (d) antara lapisan masyarakat itu berkerja di berbagai bidang kehidupan dapat terjalin dengan harmoni dan saling memberi kepuasan antarpihak;(e)dari keseluruhan bidang harus membentuk mekanisme atau pola yang dijadikan pedoman dalam bertingkah laku.<br />
<strong>3. </strong><strong>Materi belajar sistem mata pencaharian hidup</strong><br />
Materi pembelajaran mengenai sistem mata pencaharian hidup adalah materi yang paling mendapat tekanan dari masyarakat manapun. Setiap kelompok masyarakat memilki sistem ekonomi yang bersumber dari lingkungannya. Pembelajaran sistem mata pencaharian hidup atau ekonomi berlangsung oleh seluruh anggota masyarakat, baik anak-anak maupun oang dewasa. Perbedaannya terletak pada kompleksitas materi dan cara-cara belajar.<br />
Dalam pengkajian perekonomian setidaknya memerlukan tiga aspek, yakni : a) ekonomi sektor produksi; b) ekonomi sektor distribusi dan c) ekonomi sektor konsumsi. Dalam kaitan dengan materi pembelajaran bidang ekonomi perlu memperhatikan jenis mata pencaharian yang dijadikan bidang kehidupannya.<br />
<strong>4. </strong><strong>Materi belajar sistem peralatan dan teknologi</strong><br />
Materi sitem peralatan dan teknologi adalah salah satu unsur kehidupan manusia yang berperan untuk mengembangkan suatu masyarakat. Teknologi dipandang sebagai ilmu tentang sejumlah teknik yang diciptakan masyarakat untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas kehidupan suatu masyarakat. Pada prinsipnya teknologi ditemukan manusia karena terdesaknya kebutuhan dalam pekerjaanya. Sebagaiman diketahui bahwa manusia itu sangatlah terbatas energi dan kemampuan fisiknya, karean itu mesti ada sesuatu yang bisa membangtu memudahkan, memperlancar dan meningkatkan jumlah pekerjaan. Bilamana teknologi dasar sudah ditemukan, maka masyarakat berusaha untuk menemukan teknologi yang lebih manju lagi. Dengan teknologi secara perlahan tetapi pasti telah mendorong budaya belajar yang baru, karena pembelajaran menjadi lebih dengan bantuan teknologi.<br />
<strong>5. </strong><strong>Materi belajar sistem bahasa</strong><br />
salah satu materi budaya belajar yang bersifat khas adalah bahasa. Bahasa dipandang menjadi pangkal terwujudnya suatu kebudayaan. Materi pengetahuan belajar dilakukan dengan menggunakan simbol bahasa ternyata banyak keuntungan karena bersifat efektif dan efisien dalam menyampaikan makna.<br />
Bahasa tidak hanya diartikan sekedar suara (bahasa lisan), melainkan juga dengan tulisan (bahasa tulisan). Bahkan bahasa gerak (bahasa isyarat). Setiap masyarakat atau kelompok masyarakat memilki bahasa tersendiri yang didalamnya mengandung pengetahuan budaya yang dipelajari antar generasi.<br />
<strong>6. </strong><strong>Materi belajar sistem kesenian</strong><br />
setiap masyarakat menciptakan dan mengembangkan berbagai jenis kesenian. Kesenian adalah unsur budaya yang berusia tua. Sebagai materi pembelajaran, kesenian secara langsung maupun tidak langsung dijalankan budaya belajar. Melihat citranya yang indah memungkinkan individu atau kelompok sosial mempelajari kesenian setempat ataupun kelompok lain secara khusus.<br />
<br />
<br />
<ol><li><strong>TRANSMISI BUDAYA BELAJAR</strong></li>
</ol>Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Dalam hal ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak melakukan usaha pewarisan budaya. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.<br />
<ol><li><strong>Kepribadian dan budaya belajar</strong></li>
</ol>Pembahasan kepribadian pada umumnya membicarakan aspek internal individu, sementara budaya belajar berkaitan dengan aspek eksternal individu<br />
<ol><li><strong>Kepribadian yang selaras</strong></li>
</ol>Kepribadian yang selaras di sini adalah kepribadian yang sesuia dengan nilai dan norma yang berkembang dimasyarakat yang bersangkutan. Seorang individu yang selaras adalah individu yang menjadikan pendukung kebudayaan yang besangkutan secara penuh karena jenis kepribadian yang dimilkinya itu terbentuk karena pengaruh kebudayaan dimana ia tinggal.<br />
<ol><li><strong>Kepribadian yang menyimpang</strong></li>
</ol>Kepribadian sesorang tidak selalu tumbuh sebagaimana yang diinginkan oleh orang tuanya atau masyarakat bersangkutan. Orang tua dan masyarakat hanyalah menyediakan sarana bagi perkembangan kepribadian. Suatu perkembangan tidak bisa memaksa individu untuk menjadi hitam semua atau putih semua. Kepribadian adalah sesuatu yang bersifat kejiwaan dan perkembangan mempunyai dinamika tersendiri.<br />
Adanya kenyataan bahwa kepribadian itu tidaklah senantiasa sama dalam suatu masyarakat, dapat kita perluas dengan menunjukan gejala banyaknya orang yang memilki kelainan jiwa. Penyakit ini disinyalir disebabkan oleh adanya tekanan-tekanan sosial-budaya yang amat besar mempengaruhi kepribadian individu-individu besangkutan.<br />
<ol><li><strong>Sarana pewarisan budaya belajar</strong></li>
</ol>Pewariasan budaya belajar dapat disamakan dengan istilah “Transmisi kebudayaan”. Yakni suatu usaha untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan atau pengalaman untuk dijadikan sebagai pegangan dalam meneruskan estafet kebudayaan. Usaha pewarisan ini bukan sekedar menyampaikan atau memberikan suatu yang material, melainkan yang terpenting adalah menyampaikan nilai-nilai yang dianggap terbaik yang telah menjadi pedoman yang baku dalam masyarakat.<br />
Tanpa mempertahankan usaha pewarisan maka masyarakat akan punah dan dilupakan. Usaha pewarisan budaya dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan cara melibatkan berbagai institusi sosial yang ada, baik pada lingkungan keluarga, masyarakat, lembaga pendidikan sekolah dan juga media masa sebagai penyalur informasi.<br />
<strong>a. </strong><strong>Lingkungan Pendidikan Keluarga</strong><br />
Dalam lingkungan keluarga memungkinkan seorang individu atau kelompok melakukan suatu identifikasi dilingkungannya, dan secara perlahan-lahan diinternalisasikan dalam kehidupannya. Proses identifikasi dalam keluarga menjadikan seseorang dapat mengenal keseluruhan anggota keluarganya, baik saudara dekat maupun saudara jauh.<br />
Para orang tua atau kelompok yang sudah mapan dalam tansmisi kebudayaan berfungsi sebagai nara sumber aktifmelalui tindakan yang bersifat responsif dan senantiasa mendorong, menjelaskan berbagai kenyataan yang ada dilingkungan beserta perubahan-perubahan yang berlangsung disekitarnya. Upaya merespon, mendorong dan menjelaskan itu didasarkan atas pengalaman, pengetahuan, yang berlaku dilingkungannya sehingga cara-cara melaksanakan pembelajaran itu senantiasa disesuaikan dengan perwujudan kebudayaannya. Atau dengan kata lain cara-cara budaya belajar itu tidak lain sebagai hasil adaptasi dirinya dengan kebudayaan yang dianutnya.<br />
Keluarga mempunyai peranan penting karena dalam keluarga itulah suatu generasi dilahirkan dan dibesarkan. Mereka mendapat pelajaran pertama kali di lingkungan keluarga, apalagi bagi masyarakat yang belum mengenal dan menciptakan lingkungan pendidikan formal.<br />
<ol><li> <ol><li><strong>lingkungan pendidikan masyarakat</strong></li>
</ol></li>
</ol>masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan untuk hidup bersama. Pada prinsipnya suatau masyarakat terwujud apabila di antara kelompok individu-individu tersebut telah lama melakukan kerja sama serta hidup bersama setelah menetap. Sistem pewarisan budaya lewat lingkungan masyarakat berlangsung dalam berbagai pranata sosial, diantaranya pemilahan hak milik, perkawinan, religi, sitem hukum, sestem kekerabatan dan sistem edukasi.<br />
<ol><li> <ol><li><strong>lingkungan pendidikan sekolah</strong></li>
</ol></li>
</ol>sekolah adalah sarana yang diciptakan oleh masyarakat yang berfungsi untuk melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja yang berupa latihan untuk kecerdasan, melainkan menghaluskan moral dan menjadikan akhlak yang baik. Sekolah dalam masyarakat dikategorikan sebagai pendidikan formal. Pendidikan di sekoah dalam kerangka pewarisan budaya jelas sekali arahnya. Para pendidik yang bertugas sebagai guru melakukan penyampaian pengetahuan dan interaksi moral itu berdasarkan rancangan atau program yang disesuaikan dengan sistem pengetahuan dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Dan proses pewarisan budaya disekolah dilakukan secara bertahap, terencana dan terus-menerus.<br />
<ol><li> <ol><li><strong>lingkungan pendidikan media masa</strong></li>
</ol></li>
</ol>media masa adalah suatu bagian dalam masyarakat yang bertugas menyebarluaskan berita, opini, pengetahuan, dan sebagainya. Sifat media masa adalah mencari bahan pemberitaan yang aktual (hangat), menarik perhatian, dan menyangkut kepentingan bersama. Media masa sebagai media kontrol bagi terjadinya berbagai penyimpangan dari nilai dan norma dan aturan yang berlaku di masyarakat.<br />
Salah satu fungsi media masa yakni sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat. Banyak informasi yang diberitakan dan memuatnya berbagai pendapat-pendapat mengenai berbagai masalah dilingkungan masyarakat sacara langsung tidak langsung akan memperluas wawasan para pembacanya.<br />
<br />
<ol><li><strong>PROSES PERUBAHAN BUDAYA BELAJAR</strong></li>
</ol>Individu atau kelompok sosial akan berkesuaian dengan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor sebagai berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianunya; b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru; c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yang mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak mengenai temuannya, dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.<br />
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan, temasuk perubahan dalam budaya belajar.<br />
<ol><li><strong>Faktor waktu dalam perubahan budaya belajar</strong></li>
</ol>Perubahan budaya belajar yang disebabkan oleh faktor waktu disebut juga perubahan budaya belajar yang alamiah. Perubahan budaya belajar dalam konteks ini berjalan sejalan dengan perkembangan individu atau kelompok sosial, misalnya perubahan budaya belajar anak-anak, memudian budaya belajar usia remaja, budaya belajar manusia dewasa.<br />
<ol><li><strong>Faktor kontak budaya dalam perubahan budaya belajar</strong></li>
</ol>Kontak budaya merupakan perubahan budaya belajar yang tidak alamiah. Kontak budaya dalam perubahan budaya berlangsung dalam proses peniruan, atau pengambilan suatu unsur budaya luar untuk kehidupan dijadikan kepentingan pemenuhan kebutuhan bagi suatu masyarakat.<br />
<ol><li><strong>Faktor kecepatan dalam perubahan budaya belajar</strong></li>
</ol>Kecepatan perubahan budaya menjadi prinsip dasar dalam perubahan budaya belajar. Kenyataanya setiap individu atau kelompok sosial memilki tingkat perubahan budaya sebagai sesuatu yang tidak bisa dipungkiri.<br />
<ol><li><strong>Akulturasi budaya belajar</strong></li>
</ol>Akulturasi timbul sebagai akibat adanya kontak langsung dan terus-menerus antara kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda, sehingga menimbulkan adanya suatu perubahan kebudayaan yang asli dari kedua masyarakat bersangkutan.<br />
Akulturasi budaya belajar dapat terwujud melalui kontak budaya yang bentuknya bermacam-macam antara lain : pertama, kontak budaya belajar bisa terjadi antara seluruh anggota masyarakat atau sebagian saja, bahkan individu-individu dari dua masyarakat. Kedua, kontak budaya belajar berjalan melalui perdamaian diantara kedua kelompok masyarakat yang bersahabat, maupun melalui cara permusuhan antar kelompok. Ketiga, kontak budaya belajar timbul diantara masyarakat yang mempunyai kekuasaan, baik dalam politik maupun ekonomi.<br />
<ol><li><strong>Asimilasi budaya belajar</strong></li>
</ol>Asimilasi budaya pada dasarnya proses saling mempelari pola budaya belajar antar individu dan kelompok sehingga dapat mengembangkan budaya belajar masing-masing. Karrean berkaitan dengan perubahan, maka awalnya melakukan identifikasi pola budaya belajar diantara yang sedang berasimilasi untuk kemudian dilanjutkan bersama-sama dalam bentuk perumusan dan tindakan budaya belajar secara konkrit.<br />
Proses asimilasi budaya belajar dapat berjalan dengan cepat ataupun lambat bergantung kepada beberapa faktor, yakni a) adanya toleransi yang memadai antara dua individu atau kelompok masyarakat yang memilki perbedaan-perbedaan. b) adanya faktor ekonomi yang menjadi kemungkinan akan memperlancar atau memperlambat jalannya asimilasi budaya belajar. c) adanya faktor kesan yang baik atau rasa simpatik pada saat mengadakan kontak budaya belajar pada awalnya. d) adanya faktor perkawinan campuran menjadi faktor yang kuat untuk terwujudnya suatu asimilasi budaya belajar.<br />
<ol><li><strong>Inovasi budaya belajar</strong></li>
</ol>Individu atau masyarakat akan berkesesuaian derngan motivasi untuk mengadakan pembaharuan dalam budaya belajarnya bilamana didukung oleh faktor-faktor berikut : a) adanya kesadaran dari para individu akan adanya kelemahan pola budaya belajar yang selama ini dianutnya. b) adanya mutu dan keahlian para individu yang bersangkutan dalam mendorong terjadinya penemuan budaya belajar yang baru. c) adanya sistem perangsang dalam masyarakat yangt mendorong adanya mutu budaya belajar dalam bentuk penghargaan khalayak menenai temuannya. Dan d) adanya suasana krisis yang berlangsung dalam masyarakat bersangkutan.<br />
Suatu perubahan budaya belajar akan diterima suatu masyarakat apabila memenuhi syarat-syarat : pertama, masyarakat bersangkutan harus merasa butuh dengan perubahan budaya belajar yang diawali adanya kesadaran bersama bahwa budaya belajar yang saat ini berlangsung sudah tidak cocok lagi digunakan dalam kehidupan. Kedua, perubahan budaya belajar yang ditemukan harus dapat dipahami dan dikuasai oleh anggota masyarakat lainnya. Ketiga, penemuan budaya belajar harus bissa diajarkan pada masyarakat. Keempat, penemuan budaya belajar harus menggambarkan keuntungan masyarakat pada masa yang akan datang. Kelima, perubahan tersebut harus tidak merusak prestise pribadi atau pribadi atau golongan.<strong> </strong><br />
<br />
<strong>1. Difusi budaya belajar</strong><br />
Difusi budaya belajar dipandang sebagai proses penyebaran dari satu budaya belajar individu ke individu yang lainnya atau inta-masyarakat atau dari masyarakat ke masyarakat lainya atau difusi inter-masyarakat. Proses peniruan budaya belajar disebut imitasi. Proses imitasi budaya belajar tidak selalu dipandang negatif, karena pada prisipnya individu atau kelompok sosial itu tengah melakukan identifikasi budaya belajar baru. gejala peniruan ini berbentuk trial and error artinya mencoba-coba, bisa benar atau juga salah. Kalau kebetulan benar, maka budaya belajar baru akan terus digunakan dalam kehidupan mereka dan digunakan untuk mengganti budaya belajar sebelumnya.<strong> </strong><br />
<br />
<strong>2. Dampak perubahan budaya belajar</strong><br />
Dampak perubahan budaya belajar dalam kehidupan dapatlah kita amati dalam kejadian sehari-hari dilingkungan kita. Kita ketahui bersama bahwa pembangunana nasional yang sedang dilaksanakan ini pada dasarnya adalah proses perubahan dari luar. Perubahan melalui pembangunan berkonsekuensi pada perubahan pada pola duni belajarnya. setiap individu atau kelompok masyarakat mengiterprestasikan sulinya kehidupan dan semakin ketatnya persaingan yang menjadi individu atau kelompok sosial mengubah pola budaya belajar dalam kehidupannya.<br />
Respon perubahan budaya belajar pada suatu masyarakat dengan tingkat kebudayaannya memilki cara yang berbeda dalam menanggapi perubahan. Cara tersebut didasarkan pada perbedaan dalam latar belakang karakter budaya masing-masing berikut dengan ciri khasnya. Sebagai mana dipahami, latar belakang budaya yang diartikan sebagai model pengetahuan, pada dasarnya difungsikan untuk meng-interprestasikan pengalaman dan lingkungan nya serta yang mendorong terwujudnya suatu kelakuan.<br />
Penetrasi budaya belajar adalah penyebab budaya belajar individu atau kelompok sosial dapat berubah yang disebakan oleh kontak dengan dunia luar. Penetrasi budaya adalah proses penerimaan suatu unsur kebudayaan dari luar. Unsur yang datang dari luar secara perlahan ikut menyertai atau membonceng dalam suatu saluran yang dianggap sebagai saluran umum, kemudian secara perlahan unsur tersebut masuk dan mengubah budaya belajar atau sebagian budaya belajar yang hidup dalam suatu masyarakat.<br />
<br />
<b>adaptasi proses adaptasi, artikel budaya, budaya, budaya belajar, contoh-kti, karya tulis ilmiah, konsep, konsep budaya, konsep transmisi, pengertian budaya belajar, perubahan budaya, transmisi </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-82636106010309446382012-08-20T00:07:00.000-07:002012-08-20T00:07:45.325-07:00Pengembangan Materi Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar<b>Makalah Pengembangan Materi Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar</b> - <strong> </strong><br />
<br />
<strong>Latar Belakang</strong><br />
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, social, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada adalam dirinya.<br />
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.<br />
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.<span id="more-308"></span><br />
Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan:<br />
peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri;<br />
guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;<br />
guru lebih mandiri dab leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dankemampuan peserta didiknya;<br />
orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah;<br />
sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia; dan<br />
daerah dapat menemukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.<br />
<br />
<strong>Tujuan</strong><br />
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.<br />
berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis;<br />
menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara;<br />
memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan;<br />
menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial;<br />
menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan<br />
menghargai dan membangakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.<br />
<br />
<strong>Ruang Lingkup</strong><br />
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.<br />
Mendengarkan<br />
Berbicara<br />
Membaca<br />
Menulis<br />
Pada akhir pendidikan di SD/MI, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan buku sastra dan nonsastra.<br />
<br />
<strong>Kompetensi Dasar</strong><br />
Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah siswa menyelesaikan suatu aspek atau subaspek mata pelajaran. Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan siswa untuk mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, dan mengapresiasi atau menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan siswa. Bagaimana cara menilai seorang siswa sudah meraih kompetensi tertentu tidak langsung digambarkan dalam pernyataan tentang kompetensi. Rincian yang lebih banyak tentang apa yang diharapkan dari siswa digambarkan dalam indikator hasil belajar.<br />
<br />
<strong>Indikator Hasil Belajar</strong><br />
Indikator menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa siswa sudah dapat mencapai hasil pembelajarannya.’ Indikator ini dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap siswa dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran.<br />
Siswa hendaklah diberi kesempatan untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan, atau sikap yangsudah mereka kembangkan selama pembelajaran dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah siswa telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa indikator dan hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar siswa telah direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, maka siswa tersebut telah mencapai suatu kompetensi.<br />
<br />
<strong>Silabus</strong><br />
1. Pengertian<br />
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.<br />
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dengan demikian, silabus menjawab pertanyaan: (1) apa kompetensi yang harus dikuasai siswa?; (2) bagainana cara mencapainya?; dan (3) bagaimana cara mengetahui pencapaiannya?<br />
2. Komponen<br />
Komponen silabus terdiri atas: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) materi pokok/pembelajaran; (4) kegiatan pembelajaran; (5) indikator; (6) penilaian; (7) alokasi waktu; dan (8) sumber belajar<br />
3. Langkah-langkah Pengembangan<br />
Dalam mengembangkan silabus, ditempuh langkah-langkah berikut ini.<br />
mengkaji dan menentukan standar kompetensi, yang disalin dari standar isi;<br />
mengkaji dan menentukan kompetensi dasar, juga disalin dari standar isi;<br />
mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran, dengan cara menganalisis materi yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar;<br />
mengembangkan kegiatan pembelajaran;<br />
merumuskan indikator pencapaian kompetensi, dengan ketentuan:<br />
1) tiap kompetensi dasar dikembangkan menjadi dua indikator;<br />
2) indikator menggunakan kata kerja operasional;<br />
menentukan jenis penilaian, yang terdiri atas metode (tes atau nontes), bentuk (PG, isian, uraian, dsb.), dan instrumen.(soal tesnya).<br />
menentukan alokasi waktu, dengan mempertimbangkan:<br />
3) kedalaman dan keluasan materi pokok;<br />
4) struktur program kurikulum, khususnya alokasi waktu mata pelajaran Bahasa Indonesia.<br />
menentukan sumber belajar, baik yang berupa buku paket, buku penunjang, media cetak, media elektronik, AVA, lingkungan sekitar, dll.sesuai dengan karakteristik materi pokok yang bersangkutan.<br />
G. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)<br />
RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu atau beberapa indikator untuk satu kali atau beberapa kali pertemuan<br />
Komponen RPP adalah sebagai berikut<br />
Satuan Pendidikan : Sekolah Dasar<br />
Mata Pelajaran :<br />
Kelas/Semester :<br />
Alokasi Waktu :<br />
A. Standar Kompetensi :<br />
B. Kompetensi Dasar :<br />
C. Tujuan Pembelajaran :<br />
D. Indikator Penilaian :<br />
E. Materi Pembelajaran :<br />
F. Metode Pembelajaran :<br />
G. Skenario Pembelajaran :<br />
H. Sumber Belajar :<br />
I. Penilaian Belajar :<br />
1. Metode :<br />
2. Bentuk :<br />
3. Instrumen :<br />
*) dipresenrasikan dalam Seminar dan Lokakarya Pengembangan Kurikulum TIngkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Dasar di Hotel Augusta Tarogong Kaler – Garut, 24 Juli 2007<br />
Kelas VI Semester I dan II<br />
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar<br />
Mendengarkan<br />
1. Mendengarkan dan memahami ragam wacana lisan melalui mendengarkan dan meringkas cerita dan mendengarkan dan mendiskusikan kisi undang-undang serta mendengarkan pembacaan salah satu pasal atau ayat dalam undang-undang dan cerita rakyat 1.1 Mendengarkan sebuah cerita<br />
1.2 Mendengarkan pembacaan berita di televisi atau radio<br />
1.3 Mendengarkan cerita anak<br />
Berbicara<br />
2. Mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan, secara lisan melalui menceritakan hasil pengamatan, menyam;paikan pesan/informasi, membahas isi buku, mengkritik sesuatu, memuji sesuatu, berpidato, dan berdiskusi, serta memerankan drama anak 2.1 Menceritakan hasil pengamatan<br />
2.2 Menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh dari narasumber<br />
2.3 Membahas isi buku<br />
2.4 Mengkritik sesuatu disertai alasan<br />
2.5 Memuji sesuatu dengan alasan<br />
2.6 Berpidato<br />
2.7 Berdiskusi<br />
2.8 Memerankan drama anak<br />
Membaca<br />
3. Memahami ragam/teks bacaan dengan berbagai cara/teknik membaca melalui membacakan teks untuk orang lain, membaca intensif berbagai teks serta membaca novel anak, cerita rakyat, dan cerita lama yang masih populer 3.1 Membacakan teks sambutan/pidato tertulis<br />
3.2 Membaca intensif<br />
3.3 Membaca sekilas<br />
3.4 Membaca memindai<br />
3.5 Membaca cepat teks panjang (125 kata per menit)<br />
3.6 Membaca novel anak<br />
3.7 Membaca cerita rakyat<br />
3.8 Membacakan cerita lama yang masih populer<br />
Menulis<br />
4. Mengekspresikan berbagai pikiran, gagasan, pendapat, dan perasaan ke dalam berbagai ragam tulisan melalui mengisi formulir sederhana, menyusun naskah sambutan/pidato, menulis iklan sederhana, menyusun ringkasan, menyusun rangkuman, dan menulis surat resmi serta memparafrasekan puisi, dan menyusun percakapan 4.1 Mengisi formulir sederhana<br />
4.2 Menyusun naskah pidato/sambutan<br />
4.3 Menulis iklan sederhana<br />
4.4 Menulis wesel pos<br />
4.5 Membuat ringkasan<br />
4.6 Menyusun rangkuman<br />
4.7 Menulis surat resmi<br />
4.8 Mengubah puisi ke dalam bentuk prosa<br />
4.9 Menyusun percakapan berdasarkan gambar<br />
<br />
<br />
<b>bahasa indonesia, evaluasi bahasa indonesia, format cpns guru bahasa indonesia, guru honorer, ktsp bahasa indonesia, kurikulum bahasa indonesia, lowongan guru bahasa indonesia, MAta PElajaran BAhasa indonesia, Materi BAhasa indonesia, peran guru, ptk bahasa indonesia, rpp bahasa indonesia, silabus bahasa indonesia </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-43984653068875139412012-08-20T00:02:00.000-07:002012-08-20T00:02:46.947-07:00Mekanisme Belajar Matematika yang baik<b>Mekanisme Belajar Matematika yang baik</b> - Pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Menurut Mudzakir (Sumarni, 2002: 7) belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya.<br />
Dengan adanya proses belajar yang baik, diharapkan subyek yang belajar dapat memahami matematika dengan baik pula dan akan lebih mudah mempelajari matematika selanjutnya serta dengan mudah pula mengaplikasikannya ke situasi yang baru, yaitu dapat menyelesaikan masalah-masalah baik dalam matematika maupun dalam kehidupan sehari-hari.<br />
Berdasarkan Kerangka Dasar Kurikulum 2004 (<i>Depdiknas, 2003 : 2</i>) <u><i><b>tujuan pembelajaran matematika</b></i></u> adalah <i style="color: red;">melatih cara berfikir secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperiman, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model matematika serta sebagai alat komunikasi melalui simbol, tabel, grafik, diagram, dalam menjelaskan gagasan.</i><br />
Menurut Sumarni (2002 : 8) untuk mencapai tujuan belajar yang efisien, banyak faktor atau kondisi yang perlu diperhatikan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain:<br />
1. Faktor Intern, yaitu faktor yang ada di dalam diri siswa itu sendiri. Faktor intern dapat berupa:<br />
a) faktor phisiologis<br />
b) faktor psikologis<br />
Faktor phisisologi atau faktor yang berasal dari jasmani dan faktor psikologis yang berasal dari kondisi fisik ini bisa berdiri sendiri atau juga berhubungan satu sama lain. Keadaan fisik yang terganggu akan mempengaruhi keadaan psikisnya dan sebaliknya, keadaan psikis yang terganggu akan mempengaruhi kadaan fisiknya.<br />
Hal-hal yang termasuk faktor intern antara lain:<br />
a). Faktor kematangan<br />
Seseorang akan dapat belajar dengan baik apabila masa kematangannya sudah tiba, sebaliknya belajar akan sukar apabila kematangannya belum tiba.<br />
b). Keadaan fisik/jasmani<br />
Keadaan fisik yang sehat sangat mendukung kegiatan belajar, sebaliknya, fisik yang terganggu akan sangat merugikan dalam kegiatan belajar.<br />
c) Keadaan psikis<br />
Keadaan psikis terganggu maka akan merugikan pada kegiatan belajar, sebaliknya, psikis yang sehat akan dapat membantu kegiatan belajar.<br />
2. Faktor Ekstern, yaitu berupa yang berada di luar diri siswa. Faktor ini dapat berupa manusia atau bukan (benda), misalnya:<br />
a). Adanya orang lain atau orang-rang yang yang berbuat kegaduhan ketika terjadi proses pembelajaran.<br />
b). Sekolah atau kelas yang terletak di dekat keramaian (pabrik, pasar,atau tempat pertunjukan), maka proses pembelajaran akan terganggu.<br />
c). Kondisi ekonomi dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Jika keadaan ekonominya cukup, maka siswa dapat membeli pasilitas untuk belajar sehingga dapat mendukung proses pembelajaran. Sebaliknya, jika kondisi ekonominya sulit, makaakan mempengarukhi proses pembelajaran, misalnya tidak dapat membeli buku pelajaran dan yang lebih parah tidak dapat membiayai sekolah.<br />
d). Faktor dukungan dari keluarga juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Jika siswa diberikan perhatian oleh orang tuanya dengan baik, maka proses pembelajarannya akan baik dan prestasinya akan meningkat, dan apabila orang tuanya yang jarang memperhatikan perkembangan sisiwa, maka proses belajarnya akan terpengaruh dan pada umumnya prestasinya menurun.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-75265261541269128622012-08-20T00:00:00.000-07:002012-08-20T00:00:21.741-07:00Metode Ceramah Dalam Pembelajaran<b>Metode Ceramah Dalam Pembelajaran - </b>Metode ceramah merupakan metode mengajar yang sampai saat ini masih mendominasi atau paling banyak digunakan guru dalam dunia pendidikan. Hal ini dimaklumi karena ceramah paling mudah dilakukan dan dan pada umumnya seorang guru beklum puas mengajar apabila belum banyak berceramah<br />
Menurut <i>Sudirman (1991: 113)</i> <u><i><b>metode ceramah</b></i></u> adalah cara penyajian pelajaran yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa.<br />
Kelebihan metode ini adalah metode ini murah dan mudah dilakukan guru dengan hanya bermodal suara yang ada. Materi yang banyak dapat dirangkum atau dijelaskan pokok-pokoknya saja dalam waktu singkat. Sedangkan materi yang sedikit, dapat disampaikan dalam waktu agak panjang dengan memberikan berbagai contoh dan dikaitkan dengan hal-hal yang lain. Guru juga dapat dengan mudah menguasai kelas dan organisasi siswa dapat diatur menjadi lebih sederhana.<br />
Kekurangan metode ini adalah jika terlalu sering menggunakan metode ini dapat membuat kebiasaan yang kurang baik, yaitu siswa selalu ingin diceramahi. Informasi yang diceramahkan mudah usang. Tidak semua siswa mempunyai daya tangkap yang tajam. Sering terjadi dari apa yang dijelaskan guru, hanya sebagian siswa yang dapat memahami apa yang diberikan.<br />
Metode ini juga kurang merangsang perkembangan kreativitas dan keterampilan bagi siswa, karena siswa hanya dibina menerima informasi saja, tidak dibiasakan mencari dan mengolah informasi.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-48317821836707557172012-08-19T23:25:00.000-07:002012-08-19T23:25:23.025-07:00Mengenal Microskop Dan Penggunaanya<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_dd2j1dFYYrajuix7CjK0-l_1Xv61DYQeNSN_R4zh5M0jnkouBHSKCqUW4Y6CxOqMnY6zMcmW7OK2pmfmTI2h5g9F6VM3Zb67mDyTxuyY5il-IlyHgwFSX4cWZUveR2pkJjUJJXsX600/s1600/mikroskop.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="280" width="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_dd2j1dFYYrajuix7CjK0-l_1Xv61DYQeNSN_R4zh5M0jnkouBHSKCqUW4Y6CxOqMnY6zMcmW7OK2pmfmTI2h5g9F6VM3Zb67mDyTxuyY5il-IlyHgwFSX4cWZUveR2pkJjUJJXsX600/s320/mikroskop.jpg" /></a></div><br />
<b>Mengenal Microskop Dan Penggunaanya - <i>Antony Van Leuwenhoek</i></b> orang yang pertama kali menggunakan mikroskop walaupun dalam bentuk sederhana pada bidang mikrobiologi. Kemudian pada tahun 1600 <i><b>Hans dan Z Jansen</b></i> telah menemukan mikroskop yang lebih maju dengan nama mikroskop ganda. Mikroskop berasal dari kata mikro yang berarti kecil dan scopium (penglihatan). <b><i><span style="color: blue;">Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang</span>.</i></b> Mikroskop pada prinsipnya terdiri dari dua lensa cembung yaitu sebagai lensa objektif (dekat dengan mata) dan lensa okuler (dekat dengan benda). Baik objektif maupun okuler dirancang untuk perbesaran yang berbeda. Lensa objektif biasanya dipasang pada roda berputar, yang disebut gagang putar. Setiap lensa objektif dapat diputar ke tempat yang sesuai dengan perbesaran yang diinginkan. Sistem lensa objektif memberikan perbesaran mula-mula dan menghasilkan bayangan nyata yang kemudian diproyeksikan ke atas lensa okuler. Bayangan nyata tadi diperbesar oleh okuler untuk menghasilkan bayangan maya yang kita lihat. Kebanyakkan mikroskop laboratorium dilengkapi dengan tiga lensa objektif : lensa 16 mm, berkekuatan rendah (10 X); lensa 4 mm, berkekuatan kering tinggi (40-45X); dan lensa celup minyak 1,8 mm (97-100X). Objektif celup minyak memberikan perbesaran tertinggi dari ketiganya. Lensa okuler terletak pada ujung atas mikroskop, terdekat dengan mata. Lensa okuler biasanya mempunyai perbesaran: 5X, 10X, 12,5X dan 15X. Lensa okuler terdiri dari lensa plankonveks yaitu lensa kolektif dan lensa mata.<br />
<br />
<strong>B. Sel-sel penyusun jaringan tumbuhan</strong><br />
Sel adalah bagian terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sel sangat kecil sehingga untuk melihatnya harus menggunakan alat yang disebut mikroskop. Struktur sel pertama kali diamati oleh seorang berkebangsaan Inggris yang bernama Robert Hooke (1635-1703). Melalui pengamatannya terhadap gabus tutup botol tampak susunan kotak kecil yang teratur. Kotak kecil tersebut dalam bahasa latin disebut cellulae.<br />
Tahun 1829 oleh Hertwig diajukan teori protoplasma, sel adalah kumpulan substansi hidup yang disebut protoplasma dengan di dalamnya mengandung inti yang disebut nukleus dan diluarnya dibatasi oleh dinding sel. Ada beberapa organisme yang struktur selnya tidak jelas, tetapi terdiri atas protoplasma. Berdasarkan jumlah sel yang menyusunnya, tubuh makhluk hidup ada yang tersusun atas satu sel (uniseluler) dan banyak sel (multiseluler). Pada sel tumbuhan, di sebelah luar membran sel terdapat dinding sel yang relatif tebal.<br />
Macam-macam mikroskop, yaitu :<br />
Sel adalah segumpal protoplasma yang berinti, sebagai individu yang berfungsi menyelenggarakan seluruh aktivitas untuk kebutuhan hidupnya. Sel itu setelah tumbuh dan berdeferensiasi, akan berubah bentuknya sesuai dengan fungsinya, ada yang menjadi epidermis berfungsi untuk melindungi sel-sel sebelah dalamnya ada yang menjadi tempat penyediaan makanan, ada yang berfungsi menjadi tempat persediaan makanan dan lain-lain (Yekti, 1994).<br />
Sel tumbuhan mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Ada yang berbentuk peluru, prisma, dan memanjang seperti rambut atau seperti ular. Sel tumbuhan mempunyai dua bagian pokok yang berbeda dari hewan yaitu vakuola, plastida dan dinding sel. Vakuola dan plastida merupakan bagian hidup dari sel tumbuhan dan disebut protoplas. Sedangkan dinding sel yang berfungsi untuk melindungi isi sel atau lumen yang ada di protoplasma disebut bagian sel yang mati. Hal ini terlihat pada sel gabus tumbuhan yang tergolong sel mati karena hanya memiliki inti sel dan sitoplasma, sehingga ruang antar selnya kosong. Bentuk sel gabus heksagonal, tersusun rapat antara satu dan lainnya (Pramesti, 2000).<br />
<br />
<strong>C. Alat dan Bahan</strong><br />
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Mikroskop cahaya binokuler kaca benda, kaca penutupBahan-bahan yang digunakan adalah penampang melintang sel gabus batang ubi kayu (Manihot utilissima), rambut buah kapuk (Ceiba pentandra) dan kapas (Gossypium sp.), penampang melintang daun karet (Ficus elastica), daun Hydrilla verticillata, selaput bagian dalam umbi lapis bawang merah (Allium cepa), dan akuades.<br />
Pengenalan Mikroskop<br />
1. Mencari bidang penglihatan<br />
a. Tabung dinaikkan menggunakan makrometer (pemutar kasar), sehingga lensa objektif tidak membentur meja atau panggung bila revolver diputar-putar.<br />
b. Lensa objektif di tempatkan pembesaran lemah (4 X atau 10 X) dengan memutar revolver sampai berbunyi klik (posisinya satu poros dengan lensa okuler).<br />
c. Membuka diafragma sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke belakang.<br />
d. Mengatur letak cermin sedemikian rupa ke arah cahaya, sehingga terlihat lingkaran (lapangan pandang) yang sangat terang di dalam lensa okuler. Mikroskop siap digunakan.<br />
2. Mencari bayangan sediaan<br />
a. Menaikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer, sehingga jarak antara lensa objektif dengan permukaan meja ± 3 cm.<br />
b. Meletakkan sediaan yang akan diamati di tengan-tengah lubang meja benda, menggunakan penjepit sediaan agar tidak tergeser.<br />
c. Memutar makrometer ke belakang sampai penuh (hati-hati), sambil menempatkan roda sediaan tepat di bawah lensa objektif, hingga jarak antara ujung lensa objektif dengan permukaan atas kaca penutup hanya ± 1 mm.<br />
d. Membidik mata ke lensa okuler sambil memutar makrometer ke depan searah jarum jam secara hati-hati sampai tampak bayangan yang jelas.<br />
e. Memutar revolver dan lensa objektif yang sesuai untuk mendapatkan pembesaran yang kuat. Kemudian memainkan fungsi mikrometer secara perlahan dan hati-hati. (Bila menggunakan lensa objektif 100x, maka di atas sediaan perlu ditetesi minyak imersi dahulu).<br />
3. Memelihara Mikroskop<br />
a. Mengangkat dan membawa mikroskop harus selalu dalam posisi tegak, dengan satu tangan memegang erat pada lengan mikroskop dan tangan yang lain menyangga pada dasar atau kakinya.<br />
b. Mencondongkan posisi tabung, cukup dilakukan dengan memutar engsel penggerak sebagai titik putar. Menegakkan kembali setelah selesai.<br />
c. Mengusahakan agar lensa objektif lemah (4x atau 10x) berada satu poros di bawah lensa okuler. Mengatur kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga ujung lensa objektif lemah berjarak ± 1cm dari atas meja benda.<br />
d. Mengatur kedudukan penjepit sediaan dengan rapi dan cermat pada posisi tegak agar debu tidak banyak menempel.<br />
e. Membersihkan sisa minyak imersi dengan menggunakan cairan Xilol sesegera mungkin setelah pengamatan dengan menggunakan minyak imersi telah berakhir, dan mengeringkan dengan kain lap yang bersih.<br />
f. Membersihkan lensa atau bagian lainnya dengan kain lap yang bersih dari bahan halus (flenel) setiap akan menggunakan mikroskop.<br />
4. Pengukuran Mikroskopis atau Mikrometri<br />
Untuk mengetahui ukuran objek yang diamati dengan mikroskop dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebut Mikrometer Objektif dan Mikrometer Okuler.<br />
Pembahasan<br />
Mikroskop cahaya merupakan suatu alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan transparan. Mikroskop cahaya mempunyai keuntungan yaitu hemat terhadap penggunaan listrik. Daya pisah adalah kemampuan mikroskop untuk secara jelas dan terpisah dalam membedakan dua titik yang berdekatan yang tanpa mikroskop terlihat sebagai satu titik dan dikatakan sebagai jarak terkecil diantara dua titik yang terlihat sebagai dua titik bukannya satu titik. Hal inilah yang membedakan mikroskop canggih dari mikroskop cahaya.<br />
Dari hasil percobaan dan penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil yaitu, mikroskop terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang bersifat maya dan tegak. Lensa objektif berfungsi untuk mengatur pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 40x dan 100x. Kondensor berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk menaikkan dan menurunkan kondensor. Reflektor berfungsi untuk menerima cahaya yang masuk atau dapat memperjelas cahaya yang akan datang. Tubuh mikroskop berfungsi untuk tempat terjadinya proses bayangan antara lensa objektif dengan lensa okuler. Makrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat fokusnya secara kasar dan jelas. Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler sehingga tepat fokusnya secara tajam. Revolver berfungsi sebagai tempat lensa objektif. Meja objek berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati. Penjepit berfungsi untuk memperkokoh kedudukan preparat agar tidak goyang. Pengatur kondensor berfungsi sebagai pengatur letak lensa kondensor terhadap preparat. Pemegang(lengan) berfungsi untuk memegang mikroskop. Diafragma berfungsi mengatur cahaya yang masuk dalam mikroskop. Kaki atau dasar berfungsi untuk memperkokoh kedudukan mikroskop. Sekrup engsel berfungsi menyesuaikan mikroskop yang baik.<br />
Satuan terkecil dalam tumbuhan adalah sel, suatu wadah kecil berisi substansi hidup, yaitu protoplasma, dan diselubungi oleh dinding sel. Dalam setiap sel hidup berlangsung proses metabolisme. Dinding sel melekat pada yang lain dengan adanya perekat antar sel. Pengelompokkan sel seperti itu, yang berbeda struktur atau fungsinya atau keduanya dari kelompok sel lain, disebut jaringan. Jaringan secara umum terdiri dari sel-sel yang sama bentuk serta fungsinya disebut jaringan sederhana. Jaringan yang terdiri atas lebih dari satu macam sel namun asalnya sama disebut jaringan kompleks majemuk.<br />
sel yang satu dengan sel yang lainnya tersusun rapi dan rapat, di dalam dinding sel terlihat kosong. Hal ini menyatakan bahwa sel gabus adalah sel mati. Untuk mengamati<br />
Kesimpulan : Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:<br />
1. Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.<br />
2. Sel tumbuhan memiliki bentuk dinding sel tetap yang terdiri dari selulosa.<br />
3. Sel adalah satuan massa protoplasma yang terbungkus di dalam suatu selaput, yang dikenal sebagai membran plasma, dan sering terbungkus oleh suatu dinding yang dapat dikatakan tahan lama.<br />
4. Sel terdiri atas sitoplasma, membran sel, dan organel–organel yang ada di dalam sitoplasma.<br />
<br />
<b>makalah Microskop, makalah mikroskop, microscope, Microskop, microskop office 2007, microskop word, microskop word 2007, mikroskop, mikroskop cahaya, mikroskop digital, mikroskop elektron, mikroskop excel, mikroskop power point</b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-40070536146419678262012-08-19T23:19:00.000-07:002012-08-19T23:19:04.366-07:00Pembelajaran Model Pendekatan SAVI<b>Pembelajaran Model Pendekatan SAVI</b> - Pembelajaran Model Pendekatan SAVI atau Somatic, Auditory, Visualization, Intelectualy pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas adalah dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intelectualy). Somatuic adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi. Visualization adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui mengamatai, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelectualy adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan. (Suherman, 2006). Penjabaran keempat unsur menurut Suherman (2002: 52) adalah sebagai berikut:<br />
<br />
<strong>a. Belajar Somatik</strong><br />
Somatik berasal dari kata Yunani yang berarti tubuh. Jadi belajar somatik adalah belajar melalui keterlibatan fisik terutama indra peraba, selama pembelajaran berlangsung. Dalam belajar somatik siswa dapat melakukansesuatu secara fisik dari waktu yang membuat seluruh tubuh terlibat, memperbaiki sirkulasi ke otak, dan meningkatkan pembelajaran. Jadi belajar somatik adalah belajar dengan bergerak dan berbuat.<br />
<br />
<strong>b. Belajar Auditori</strong><br />
Belajar auditori merupakan belajar dengan berbicara dan mendengarkan. Pikiran auditori lebih kuat dari pada yang kita sadari. Kita membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting pada otak kita menjadi aktif. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang dipelajari.<br />
<br />
<strong>c. Belajar Visual</strong><br />
Belajar visual merupakan belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Visual mencangkup melihat, menciptakan, dan mengintegrasikan segala macam citra. Dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Pada belajar visual siswa belajar dengan melihat contoh pada dunia nyata, diagram, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar.<br />
<br />
<strong>d. Belajar Intelektual</strong><br />
Intelektual adalah bagian dari perenungan (tafakur), mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Kata Intelektual menunjukan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan keceredasan untuk merenungkan suatu pengalamandan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Jadi belajar intelektual yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.<br />
Menurut Suherman (2002: 52), dengan memperhatikan konsep belajar SAVI, siswa mempunyai kesempatan untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dengan menggunakan pendekatan SAVI diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kreativitas pembelajaran akan berlangsung secara optimal jika aktivitas intelektual dan semua alat indra digabungkan dalam suatu kinerja pembelajaran.<br />
<br />
<b>artikel model pembelajaran savi, eksperimentasi pembelajaran matematika dengan pendekatan savi, implementasi model pembelajaran savi, jurnal model pembelajaran savi, membaca savi, metode pembelajaran savi, metode savi, model pembelajaran visual, pembelajaran model savi, pendekatan pembelajaran savi, pendekatan savi dalam pembelajaran, penerapan model pembelajaran savi, penerapan pendekatan savi, pengaruh model pembelajaran savi download, ptk pendekatan savi </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-45179003561692698382012-08-19T23:15:00.000-07:002012-08-19T23:15:50.180-07:00Mengenal Pendekatan SAVI<b>Mengenal Pendekatan SAVI</b> - Pendekatan SAVI atau Somatic, Auditory, Visualization, Intelectualy pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran di kelas adalah dengan menggunakan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intelectualy). Somatuic adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami dan melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indra telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi. Visualization adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui mengamatai, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelectualy adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkontruksi, dan menerapkan. (Suherman, 2006). Penjabaran keempat unsur menurut Suherman (2002: 52) adalah sebagai berikut:<br />
<br />
<u><i><b>a. Belajar Somatik</b></i></u><br />
Somatik berasal dari kata Yunani yang berarti tubuh. Jadi belajar somatik adalah belajar melalui keterlibatan fisik terutama indra peraba, selama pembelajaran berlangsung. Dalam belajar somatik siswa dapat melakukansesuatu secara fisik dari waktu yang membuat seluruh tubuh terlibat, memperbaiki sirkulasi ke otak, dan meningkatkan pembelajaran. Jadi belajar somatik adalah belajar dengan bergerak dan berbuat.<br />
<br />
<u><i><b>b. Belajar Auditori</b></i></u><br />
Belajar auditori merupakan belajar dengan berbicara dan mendengarkan. Pikiran auditori lebih kuat dari pada yang kita sadari. Kita membuat suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting pada otak kita menjadi aktif. Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri siswa, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang dipelajari.<br />
<br />
<u><i><b>c. Belajar Visual</b></i></u><br />
Belajar visual merupakan belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Visual mencangkup melihat, menciptakan, dan mengintegrasikan segala macam citra. Dalam otak lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indra yang lain. Pada belajar visual siswa belajar dengan melihat contoh pada dunia nyata, diagram, dan gambaran dari segala macam hal ketika sedang belajar.<br />
<br />
<u><i><b>d. Belajar Intelektual</b></i></u><br />
Intelektual adalah bagian dari perenungan (tafakur), mencipta, memecahkan masalah, dan membangun makna. Kata Intelektual menunjukan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan keceredasan untuk merenungkan suatu pengalamandan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Jadi belajar intelektual yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenung.<br />
Menurut <i>Suherman (2002: 52)</i>, dengan memperhatikan konsep belajar SAVI, siswa mempunyai kesempatan untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar sehingga dengan menggunakan pendekatan SAVI diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kreativitas pembelajaran akan berlangsung secara optimal jika aktivitas intelektual dan semua alat indra digabungkan dalam suatu kinerja pembelajaran.<br />
<br />
<br />
<b>Auditory, belajar somatik, bernalar, diagram, dunia nyata, gambaran, Intelectualy, melihat, membangun makna, memecahkan masalah, mencipta, menciptakan, menerapkan, mengintegrasikan, mengkontruksi, pendekatan SAVI, perenungan (tafakur), Somatic, Visualization </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-59615354491420801732012-08-19T23:11:00.000-07:002012-08-19T23:11:17.466-07:00Mengenal Pengertian Keterampilan Negosiasi<b>Mengenal Pengertian Keterampilan Negosiasi -</b> Keterampilan Negosiasi adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari agar kita dapat bertahan dalam segala bidang kehidupan,baik yang bersifat formal maupun informal.Pengembangan ketrampilan dan percaya diri sangat dibutuhkan dalam melaksanakan negosiasi.<br />
<br />
Inti dari negosiasi adalah mencapaikesepakatan dengan pihak lain, sehingga kita dapat mencapai tujuan.<span id="more-305"></span><br />
<u><b>Faktor yang menentukan keberhasilan negosiasi</b></u> antara lain adalah:<br />
1. Waktu persiapan yang memadai<br />
2. Sasaran yang jelas.<br />
3. Informasi yang jelas mengenai lawan negosiasi yang terlibat.<br />
4. Strategi atau rencana negosiasi yang jelas.<br />
5. Penggunaan taktik, penentuan waktu yang tepat untuk bernegosiasi.<br />
6. Kesediaan semua pihak yang terlibat,untuk bersifat terbuka.<br />
7. Kemauan untuk kompromi dari kedua belah pihak.<br />
8. Tercapainya kesepakatan kedua belah pihak, dengan hasil yang jelas disertai pencatatan.<br />
9. Kesepakatan benar-benar dilaksanakan.<br />
<br />
<u><b>Proses Negosiasi</b></u><br />
Negosiasi merupakan suatu proses dengan struktur yang jelas dan dengan tahapan-tahapan yang sudah direncanakan sebelumnya. Struktur tersebut bisa diterapkan baik untuk negosiasi formal maupun informal.<br />
Adapun langkah –langkah / proses negosiasi pada umumnya sbb:<br />
1. Persiapan.<br />
2. Meliputi penelitian, perencanaan strategi dan taktik negosiasi yang akan dilaksanakan.<br />
3. Memulai negosiasi<br />
4. Memberitahu fakta mengenai berbagai posisi dan kepentingan yang berbeda.<br />
5. Memimpin negosiasi.<br />
6. Meliputi pembagian posisi, berbagai penawaran, identifikasi keuntungan, serta usaha menemukan kesamaan.<br />
7. Bergerak menuju kesepakatan.<br />
8. Mencapai kesepakatan.<br />
9. Mengakhiri negosiasi dan mencatat hasil/ kesepakatan yang dicapai .<br />
10. Menindaklanjuti hasil negosiasi.<br />
<br />
<u><b>Jenis-jenis negosiasi</b></u><br />
1. Negosiasi win – win :<br />
Kedua belah pihak memperoleh keuntungan yang seimbang<br />
2. Negosiasi win lose :<br />
Kemenangan salah satu negosiator diatas kekalahan negosiator yang lain<br />
3. Negosiasi koersif :<br />
Menggunakan kekuatan untuk menekan lawan<br />
4. Negosiasi manipulatif :<br />
Menggunakan janji – janji untuk membujuk lawan diskusi<br />
Keuntungan yang didapat dari negosiasi<br />
1. Tercapainya tujuan<br />
2. Kontrol yang lebih besar atas pekerjaan<br />
3. Hubungan yang lebih baik dengan para kolega<br />
4. Mencegah dan menyelesaikan konflik<br />
5. Kepercayaan dari orang lain untuk bekerja sama<br />
6. Mendapat pelayanan yang lebih baik<br />
<br />
<u><b>Proses Negosiasi</b></u><br />
1. persiapan<br />
2. memulai negosiasi<br />
3. memimpin negosiasi<br />
4. bergerak menuju kesepakatan<br />
5. mencapai kesepakatan<br />
6. tindak lanjut hasil negosiasi<br />
<br />
<i><b>Kesimpulan</b></i><br />
1. Proses negosiasi berprinsip diawali dengan tahap persiapan hingga mencapai kesimpulan, dan melakukan tindak lanjut<br />
2. Keterampilan komunikasi mengena sangat penting dalam membangun hubungan yang efektif dengan mitra negosiasi.<br />
3. Keterampilan negosiasi akan semakin terasa bila sering berlatih, jadi sebaiknya anda segera menerapkannya dalam peran kehidupan anda.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-39591528737196317402012-08-19T23:07:00.000-07:002012-08-19T23:07:18.634-07:00Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)Fenomena Pendidikan : <b>Peran Guru dalam Menyikapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)</b> - <b>Indonesia adalah negara diglosik</b>, yang memiliki bahasa nonstandar yang dipakai dalam situasi nonformal, dan bahasa standar yang dipakai dalam situasi formal. Bentuk bahasa nonstandar di Indonesia beragam. Ada bahasa daerah (yang beberapa di antaranya bahkan menjadi bahasa standar di daerah-daerah tertentu, seperti bahasa Jawa, bahasa Sunda, atau bahasa Makassar) yang dipakai oleh kelompok sosial tertentu, dan ada bahasa Indonesia nonstandar yang dipengaruhi oleh bahasa Jakarta, yang dipakai di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, dan Medan.<br />
Situasi diglosik ini bukanlah sesuatu yang aneh bagi anak-anak Indonesia. Pada umumnya mereka memperoleh bahasa nonstandar sebagai bahasa pertama, kemudian belajar bahasa standar di sekolah. Dewasa ini, banyak pula orang tua di kota besar yang menginginkan anak mereka untuk menguasai bahasa asing, terutama Inggris dan Mandarin. Karena itu, ada pula anak-anak yang menguasai kedua bahasa itu sebagai bahasa pertama.<br />
Dapat dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa kedua bagi sebagian besar anak di Indonesia. Bahasa Indonesia secara formal mulai dipelajari ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar. Di sekolah, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan dan tertulis, dan untuk menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesusastraan Indonesia.<br />
Bagi guru, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan suatu tantangan tersendiri, mengingat bahwa bahasa ini — bagi sebagian besar sekolah di Indonesia — merupakan bahasa pengantar yang dipakai untuk menyampaikan materi pelajaran yang lain. Pembelajaran bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai sarana untuk membantu peserta didik mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat dengan menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif (Depdiknas, 2006).<br />
Menurut Schleppegrell (2004), sekolah perlu meningkatkan kesadaran peserta didik mengenai kekuatan pilihan kata dalam penafsiran berbagai makna dan beragam konteks sosial. Apa yang dikemukakan Schleppergrell ini pun relevan dengan tujuan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.<br />
Di sekolah, guru menghadapi peserta didik dengan berbagai latar belakang sosial-budaya. Tantangan guru tidak hanya mengajarkan bahasa Indonesia untuk mengarahkan peningkatan kemampuan berbahasa, tetapi juga membentuk sikap mereka terhadap bahasa Indonesia. Untuk itu diperlukan strategi guru dalam mengajarkan bahasa Indonesia bukan hanya sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan kognitif mereka, melainkan juga untuk meningkatkan apresiasi mereka terhadap seni — dalam hal ini adalah kesusastraan.<br />
Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, guru mempunyai keleluasaan untuk menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didik. Namun, sejauh mana keleluasaan guru mengatur bahan ajar kebahasaan ini? Hal apa yang diperlukan oleh guru dalam penentuan bahan ajar? Benarkah harus ada pemisahan yang jelas antara pendidikan bahasa dan sastra di sekolah?<br />
Secara khusus, makalah ini akan menyoroti pengajaran bahasa dan sastra di sekolah dasar dan kaitannya dengan strategi guru menghadapi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Alasan yang mendasari penulis menyoroti pengajaran bahasa dan sastra di sekolah dasar adalah karena tahun-tahun pertama di sekolah dasar merupakan waktu yang sangat penting dalam peningkatan keterampilan menggunakan bahasa Indonesia. Karena itu, guru mempunyai peran penting dalam meningkatkan keterampilan ini.<br />
Di dalam makalah ini akan diuraikan secara singkat mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan, dan hubungan antara perkembangan bahasa dan pengajaran bahasa serta pengajaran sastra. Makalah ini akan ditutup dengan saran bagi guru untuk menyiasati Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia.<br />
KBK dan KTSP<br />
Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi banyak masalah dalam bidang pendidikan. Tilaar (1998) mengungkapkan bahwa paling tidak ada tujuh masalah pokok dalam sistem pendidikan nasional, yaitu menurunnya akhlak dan moral peserta didik, pemerataan kesempatan belajar, masih rendahnya efisiensi internal sistem pendidikan, status kelembagaaan, manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional, dan sumber daya yang belum profesional.<br />
Masalah yang pertama, dekadensi moral dan akhlak peserta didik, sedikit banyak banyak dipengaruhi oleh faktor latar belakang para peserta didik. Sementara itu, masalah-masalah lain dalam pendidikan nasional menyangkut institusi pembelajaran.<br />
Dapat dikatakan bahwa sampai saat ini mutu pendidikan di Indonesia memang tidak mengalami peningkatan yang merata. Paling tidak, ada tiga faktor yang menyebabkan hal ini. Yang pertama adalah kurangnya perhatian terhadap proses dalam pendidikan; sebagian besar institusi pendidikan lebih mementingkan hasil pendidikan. Yang kedua adalah sangat kuatnya peran institusi pemerintah dalam kebijakan pendidikan, yang menyebabkan banyak sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya. Yang ketiga adalah kurangnya peran serta orang tua peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan.<br />
Faktor-faktor penyebab masalah pendidikan, seperti disebutkan di atas, sudah lama disadari oleh Departemen Pendidikan Nasional. Untuk memperbaiki keadaan ini, pemerintah menyusun kurikulum yang lebih menekankan kemampuan peserta didik dalam belajar, yakni Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Selain itu, pemerintah juga melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan, yaitu dari manajemen peningkatan mutu berbasis pusat menjadi manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah.<br />
KBK merupakan sebuah kurikulum yang menekankan pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar kinerja tertentu. Depdiknas (2002, seperti dikutip dalam Mulyasa, 2006: 42) mengemukakan bahwa KBK memiliki karakteristik sebagai berikut.<br />
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual maupun secara klasikal.<br />
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.<br />
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan metode yang bervariasi.<br />
Sumbernya bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.<br />
Penilaian menekankan pada proses belajar dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.<br />
Walaupun kurikulum ini sudah dicanangkan pemerintah, sejumlah masalah masih tetap bermunculan. Keterbacaan kurikulum ini merupakan kendala yang utama. Masih banyak penyelenggara pendidikan yang masih kurang memahami hakikat kurikulum ini. Selain itu, kewenangan guru untuk menjabarkan kurikulum ini sebagai acuan dalam pembelajaran masih sangat terbatas. Untuk meningkatkan peran guru dalam pelaksanaan kurikulum, pemerintah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).<br />
KTSP merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih dekat dengan guru (Mulyasa, 2006:9). Dengan KTSP, penyelenggara pendidikan, terutama guru, akan banyak dilibatkan dan diharapkan memiliki tanggung jawab yang memadai. Alwasilah (2006) mengungkapkan sejumlah ciri penting KTSP ini sebagai berikut.<br />
KTSP menganut prinsip fleksibilitas; sekolah diberi kebebasan untuk memberi tambahan empat jam per minggu, yang dapat diisi dengan muatan lokal maupun pelajaran wajib.<br />
KTSP membutuhkan pemahaman dan keinginan sekolah untuk mengubah kebiasaan lama, yaitu ketergantungan pada birokrat.<br />
Guru kreatif, dan siswa aktif.<br />
KTSP dikembangkan dengan prinsip diversifikasi; sekolah berperan sebagai “makelar” kearifan lokal.<br />
Komite sekolah bersama dengan guru mengembangkan kurikulum.<br />
KTSP tanggap terhadap iptek da seni, berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungan.<br />
KTSP beragam dan terpadu; walaupun sekolah diberi otonomi dalam pengembangannya, sekolah tetap mengikuti Ujian Nasional.<br />
Hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Mulyasa, 2006:20).<br />
KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan, potensi dan karakteristik daerah, latar sosial budaya masyarakat setempat dan peserta didik.<br />
Sekolah dan komite sekolah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan, di bawah supervisi dinas pendidikan kabupaten/kota, dan departemen agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.<br />
Dapat dikatakan bahwa tujuan penyusunan KTSP sangat mulia, yaitu meningkatkan peran serta penyelenggara pendidikan dan masyarakat — dalam hal ini diwakili oleh Dewan Sekolah — dalam proses belajar mengajar. Namun, sekali lagi, kemampuan ‘menerjemahkan’ dan melaksanakan kurikulum ini menjadi sangat penting. Jika dikaitkan dengan pengajaran bahasa dan sastra Indonesia, pemahaman mengenai hakikat pemerolehan, pemelajaran, dan pengajaran bahasa menjadi sangat penting.<br />
Pemerolehan, Pemelajaran, Pembelajaran Bahasa: Berbicara, Mendengarkan, Membaca, dan Menulis<br />
Istilah pemerolehan bahasa dibedakan dari pemelajaran bahasa. Pemerolehan bahasa dipakai dalam proses penguasaan bahasa pertama, yaitu proses perkembangan yang terjadi pada seorang manusia sejak ia lahir. Pemelajaran bahasa adalah proses mempelajari bahasa, yang dipakai dalam proses belajar bahasa (umumnya bahasa yang dipelajari secara formal di sekolah atau bahasa asing) yang dialami oleh seorang anak atau orang dewasa setelah ia menguasai bahasa pertama (Darmojuwono dan Kushartanti, 2005:24). Menurut Oxford (1990), pemerolehan bahasa muncul secara spontan dan secara tidak disengaja. Sementara itu, pemelajaran bahasa dimunculkan secara sadar; pemelajaran dipelajari dengan instruksi formal.<br />
Proses pemerolehan bahasa bukanlah sesuatu yang sederhana. Di dalam pengalaman setiap manusia yang normal, berbahasa adalah proses kognitif yang rumit. Proses ini mensyaratkan kematangan otak dan kematangan alat-alat ucap. Ada sejumlah tahap yang terjadi dalam otak manusia sampai ia menghasilkan ujaran. Di dalam hal ini, tingkat kemampuan memahami pada manusia jauh lebih besar daripada kemampuannya untuk memproduksi bahasa. Dengan demikian, kemampuan mereka untuk menghasilkan ujaran terjadi lebih belakangan dibandingkan dengan kemampuan mereka memahami ujaran.<br />
Salah satu fase penting dalam pemerolehan bahasa yang berkaitan erat dengan pemelajaran bahasa adalah fase imitasi. Pada fase imitasi, anak-anak akan meniru orang-orang di sekitarnya untuk berbicara. Dalam fase inilah anak-anak mengasah keterampilan mereka dalam bercerita.<br />
Cerita, mendengarkan cerita, dan bercerita adalah aspek yang sangat penting dalam pemerolehan bahasa. Keakraban anak pada bentuk-bentuk cerita merupakan nilai penting dalam proses pemerolehan bahasa. Pengalaman anak yang diperoleh dengan mendengarkan cerita dapat memperkaya perbendaharaan kata. Selain itu, anak juga memperoleh pengetahuan mengenai ragam bahasa, dalam hal ini ada ragam formal yang biasanya terdapat dalam bahasa tulis, dan ragam informal dalam bahasa lisan. Keterampilan bercerita, seperti menyampaikan informasi faktual secara jelas, merupakan keterampilan yang tidak diperoleh dengan sendirinya. Keterampilan ini menjadi bagian dari pembelajaran bahasa oleh guru.<br />
Bercerita menjadi sangat penting dalam proses pemerolehan bahasa karena melalui bercerita anak-anak dapat mengolah kembali semua bentuk pengalaman mereka dalam bahasa. Melatih anak untuk bercerita berarti melatih mereka untuk berani berbicara di depan orang lain. Menurut Wray dan Medwell (1991), dengan bercerita, atau merangkai peristiwa dalam ujaran, anak-anak memperoleh kesempatan mengungkapkan hal yang sudah terjadi, menyampaikan apa yang sedang terjadi, dan meramalkan apa yang akan terjadi.<br />
Dengan bercerita, anak-anak juga belajar menyesuaikan persepsinya dengan persepsi orang lain. Pada saat yang sama, anak-anak lain berlatih untuk menyimak cerita. Keterampilan ini tampaknya mudah, namun dalam pelaksanaannya dapat menjadi sangat sulit untuk dimulai. Di sinilah peran guru untuk mendorong anak agar belajar menghormati orang yang sedang berbicara.<br />
Proses belajar bahasa pada anak di sekolah sangat dipengaruhi oleh pengalaman mereka sebelumnya, yaitu sebelum mereka menginjak bangku sekolah formal. Kesenangan belajar bahasa pada dasarnya berasal dari pengalaman yang menyenangkan. Misalnya, ketika anak diperkenalkan pada bentuk-bentuk tulisan dan gambar. Kesadaran mereka akan hubungan antara sesuatu yang tertulis dengan sesuatu yang diujarkan merupakan langkah awal yang baik untuk memperkenalkan bentuk pengungkapan bahasa yang lain, yaitu membaca dan menulis.<br />
Kesadaran mengenai hubungan antara sesuatu yang tertulis dengan sesuatu yang diujarkan mereka dapatkan ketika mereka mengetahui adanya hubungan antara gambar dengan cerita dalam buku cerita. Karena itu sudah sering pula kita mendengar bahwa memperkenalkan anak pada buku-buku cerita bergambar sebelum mereka siap untuk membaca dan menulis adalah hal yang sangat penting.<br />
Belajar membaca dan menulis di sekolah merupakan hal yang tidak dapat dielakkan dalam pelajaran bahasa Indonesia. Pada tingkat-tingkat awal, anak-anak didorong untuk mampu membaca dan menulis kalimat-kalimat sederhana. Pada tingkat selanjutnya anak-anak harus memahami penanda-penanda hubungan logis. Hal ini perlu disadari benar oleh guru, karena berpikir logis inilah yang akan menjadi landasan penting dalam pemahaman mata pelajaran yang lain. Seperti halnya bercerita secara logis, menulis secara logis pun merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh pemelajar.<br />
Dapat dikatakan bahwa pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah proses untuk mencapai empat kompetensi komunikatif. Menurut Oxford (1990: 7) keempat kompetensi komunikatif tersebut adalah sebagai berikut.<br />
Kompetensi gramatikal, yaitu penguasaan tanda-tanda bahasa, termasuk kosakata, tata bahasa, pelafalan, ejaan, dan pembentukan kata.<br />
Kompetensi sosiolinguistis, yaitu kemampuan menggunakan ujaran dalam konteks sosial yang bervariasi, termasuk di dalamnya adalah pengetahuan mengenai pertuturan seperti membujuk, meminta maaf, atau menjelaskan.<br />
Kompetensi wacana, yaitu kemampuan untuk menggabungkan gagasan-gagasan untuk mencapai kesatuan dan kepaduan pikiran dalam satuan bahasa di atas kalimat.<br />
Kompetensi strategis, yaitu kemampuan menggunakan strategi untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan bahasa.<br />
Bersastra: Pengajaran Kreativitas Berbahasa<br />
Sering kali, pengajaran sastra terabaikan karena ada sejumlah pelajaran lain yang dianggap lebih penting. Padahal, pengajaran sastra sangat penting dalam perkembangan manusia, bukan hanya penting sebagai sesuatu yang “terbaca” melainkan juga sebagai sesuatu yang memotivasi kita untuk berbuat.<br />
Norton (1983), Hucks dkk (1987), Wray dan Medwell (1991), seperti juga Alwasilah (2006), mengungkapkan pentingnya memasukkan pengajaran sastra di sekolah karena sejumlah alasan sebagai berikut. Karya sastra menjembatani hubungan realita dan fiksi, hal ini mendukung kecenderungan manusia yang menyukai realita dan fiksi. Melalui karya sastra, pembaca belajar dari pengalaman orang lain dalam menghadapi masalah dalam kehidupan. Di dalam sastra terdapat nilai-nilai kehidupan yang tidak diberikan secara preskriptif — harus begini, jangan begitu — tetapi dengan membebaskan pembaca mengambil manfaatnya dari sudut pandang pembaca itu sendiri melalui interpretasi. Melalui karya sastra pula peserta didik ditempatkan sebagai pusat dalam latar pendidikan bahasa, eksplorasi sastra, dan perkembangan pengalaman personal. Keakraban dengan karya sastra, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya memperkaya perbendaharaan kata dan penguasaan ragam-ragam bahasa, yang mendukung kemampuan memaknai sesuatu secara kritis dan kemampuan memproduksi narasi.<br />
Di dalam KTSP telah dinyatakan bahwa mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut.<br />
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis.<br />
Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.<br />
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.<br />
Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.<br />
Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa<br />
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia .<br />
Di dalam KTSP dengan jelas diungkapkan bahwa salah satu tujuan pengajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik secara kreatif menggunakan bahasa untuk berbagai tujuan. Kreativitas berbahasa dapat dipakai pula untuk mengekspresikan diri. Dalam hal ini, peserta didik bersinggungan dengan sastra.<br />
Sudah seharusnya guru memperkenalkan karya sastra sebagai suatu bentuk seni (yang erat kaitannya dengan kreativitas) berbahasa. Pengajaran sastra ditekankan pada bagaimana mengapresiasikan karya, bukan pada menghafal karya sastra. Dorongan guru kepada peserta didik untuk bercerita, seperti diungkapkan pada bagian sebelumnya, sebaiknya juga dikaitkan dengan pembelajaran sastra. Peserta didik perlu diperkenalkan pada fungsi sastra sebagai alat mengekspresikan diri, baik dalam bentuk cerita, puisi, dan drama (yang mula-mula diperkenalkan sebagai bermain pura-pura).<br />
<br />
Menurut <b><i>Sumardi (2000)</i></b>, agar anak dapat memperoleh kesenangan dan manfaat dalam membaca karya sastra itu, kunci utama yang perlu dipikirkan dalam buku pelajaran adalah menyediakan karya sastra anak yang unggul yang sesuai dengan minat dan kematangan jiwa anak. Untuk memilih karya sastra anak yang unggul, diminati, dan sesuai dengan kematangan jiwa anak, dapat digunakan acuan ilmu-ilmu yang relevan seperti ilmu sastra dan psikologi perkembangan. Huck dkk (1987) mengungkapkan bahwa ciri esensial karya sastra anak adalah penggunaan pandangan anak dalam menghadirkan cerita atau dunia imajiner. Karena itu pulalah, guru perlu benar memahami dunia ini.<br />
<br />
Strategi Guru Bahasa Indonesia dalam Menyikapi KTSP<br />
Menurut Cunningsworth (1995) ada dua dimensi konteks belajar bahasa, yaitu konteks bahasa dan konteks anak. Konteks bahasa antara lain mensyaratkan bahasa yang dipelajari itu harus utuh, tidak lepas-lepas, dan jelas ragamnya. Konteks anak antara lain mensyaratkan bahasa yang dipelajari itu harus sesuai dengan lingkungan, kebutuhan bahasa, kematangan jiwa, dan minat anak. Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Cunningsworth tersebut, pemilihan bahan ajar sudah sepatutnya mempertimbangkan kedua konteks tersebut. Nunan (1995) juga mengungkapkan bahwa bahan atau wacana pembelajaran bahasa sebaiknya dipilih berdasarkan konteks sosial, budaya, kebahasaan, dan kehidupan siswa. <br />
Keleluasaan guru untuk memilih apa yang diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya dilandasi oleh pertimbangan mengenai apa yang diungkapkan oleh Cunningsworth dan Nunan di atas. Karena pembelajaran bahasa berkaitan dengan pembelajaran budaya, maka sebaiknya guru juga mempertimbangkan aspek-aspek budaya yang ada di Indonesia. Dalam hal ini, kekuatan karya sastra dapat dimanfaatkan.<br />
Yang menjadi pertanyaan adalah: bagaimana mendorong anak untuk menyukai karya sastra dalam proses pembelajaran bahasa? Wray dan Medwell (1991: 56-63) menyarankan sejumlah strategi untuk mendorong anak berinteraksi dengan kesusastraan. Strategi itu adalah pilihan (choice) yang diberikan oleh guru kepada peserta didik, kesempatan (opportunity) untuk membaca, suasana (atmosphere) yang dibangun dalam menikmati karya sastra, contoh (model) yang dapat ditiru oleh peserta didik dalam budaya membaca, dan berbagi (sharing) informasi mengenai apa yang sudah dibaca. Strategi-strategi ini dapat diterapkan oleh pengelola pendidikan sebagai langkah pelaksanaan KTSP ini sebagai berikut.<br />
Guru dapat memberi kesempatan peserta didik untuk memilih bacaan yang disukainya. Mungkin, pada mulanya bacaan itu bukanlah bacaan yang dinilai baik oleh guru. Namun, dengan memberi kebebasan peserta didik untuk memilih dan menikmati bacaan pilihannya, guru dapat memperkenalkan peran bacaan sebagai sarana untuk memperkaya pengetahuan. Setelah itu, guru dapat meminta peserta didik untuk memilih bacaan yang temanya sudah ditentukan oleh guru.<br />
Peserta didik perlu diberi kesempatan seluas-luasnya untuk membaca secara individual. Misalnya, jika peserta didik datang lebih awal, mereka boleh membaca bacaan yang mereka pilih. Keleluasaan menentukan bahan ajar, seperti tertuang dalam KTSP, sebaiknya juga mempertimbangkan keleluasaan waktu untuk membaca dan mendiskusikan apa yang telah dibaca.<br />
Suasana menyenangkan perlu dibangun di sekolah. Suasana dapat dibedakan menjadi suasana fisik dan suasana sosial. Suasana fisik berkaitan dengan penempatan buku yang rapi dan menarik. Suasana sosial dapat dibangun di kelas dengan menciptakan iklim persaingan sehat dalam membaca buku. Misalnya saja, anak-anak diminta untuk membaca buku yang berhubungan dengan sastra sebanyak-banyak dalam waktu tertentu, dan siapa yang paling banyak membaca akan mendapatkan hadiah.<br />
Tidak dapat dimungkiri bahwa peserta didik berasal dari latar belakang yang beragam. Ada keluarga yang membiasakan anak untuk membaca, ada yang tidak. Guru dapat menunjukkan antusiasmenya dalam kesempatan membaca. Antusiasme guru ini dapat menjadi contoh yang baik bagi peserta didik. Guru juga dapat lebih dahulu membicarakan buku favoritnya, dan menunjukkan bagaimana waktu membaca adalah waktu yang sangat menyenangkan.<br />
Melalui karya sastra, anak juga dapat berbagi pengalaman dan perasaan. Menceritakan pengalaman yang hampir mirip atau sama sekali berbeda berdasarkan buku yang dibaca merupakan kegiatan yang seharusnya menambah minat peserta didik dalam belajar berbahasa. Selain itu mendorong anak untuk menciptakan puisi sebagai bentuk ekspresi pengalaman dan perasaan juga penting. Namun, perlu diingat bahwa setiap anak mempunyai minat yang berbeda mengenai hal ini. Memaksa anak untuk menciptakan suatu bentuk ekspresi bahasa bukanlah tindakan yang bijaksana.<br />
<br />
Beberapa Saran untuk Pengelola Pendidikan<br />
Seperti telah diungkapkan pada bagian kedua makalah ini, KTSP mempunyai tujuan yang mulia untuk mencerdaskan bangsa dengan meningkatkan peran pengelola sekolah, guru, dan komite sekolah ditingkatkan. Namun, tujuan mulia ini tidak akan tercapai jika pihak-pihak ini tidak menyadari hakikat dan tujuan pembelajaran bahasa. Ada sejumlah saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola pendidikan.<br />
<br />
1. Guru bahasa Indonesia sebagai pelaksana pembelajaran perlu terus-menerus mengembangkan diri, memperkaya ilmu pengetahuan. Karena pembelajaran bahasa pada hakikatnya adalah pembelajaran budaya, maka guru perlu memahami budaya peserta didik, dengan tidak melupakan tujuan pengajaran, yang salah satunya adalah menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.<br />
<br />
2. Pengelola sekolah perlu meningkatkan pemanfaatan perpustakaan. Buku-buku bacaan di perpustakaan harus dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar dan mengajar. Guru sebaiknya merancang waktu yang cukup banyak untuk kunjungan ke perpustakaan dan waktu untuk mendiskusikan bacaan, baik secara lisan maupun secara tertulis.<br />
<br />
3. Seyogyanya, guru bahasa Indonesia bukan saja mempunyai wawasan ilmu linguistik dan pengajaran bahasa, namun juga mempunyai wawasan yang luas mengenai kesusastraan Indonesia, khususnya sastra anak dan wawasan mengenai psikologi anak.<br />
<br />
4. Guru bahasa Indonesia perlu terus-menerus berkoordinasi dengan guru mata pelajaran yang lain, sehingga pengembangan keterampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis tidak hanya terjadi di dalam kelas Bahasa Indonesia, melainkan juga di kelas-kelas yang lain.<br />
<br />
5. Peran guru tidak lagi menjadi ”penceramah”, melainkan menjadi fasilitator. Dengan cara ini, peserta didik akan terus-menerus dipacu untuk berusaha mencari informasi secara aktif.<br />
<br />
6. Sejalan dengan saran nomor 5 di atas, peserta didik perlu terus didorong untuk berani bertanya, mengungkapkan pendapat, dan mampu menjadi pendengar yang baik ketika orang lain berbicara. Salah satu cara untuk mengukur kemampuan menyimak adalah dengan meminta peserta didik untuk menceritakan kembali apa yang telah didengarnya ketika orang lain berbicara.<br />
<br />
7. Komite sekolah perlu dilibatkan dalam kegiatan belajar-mengajar. KTSP sudah menyarankan hal ini, namun dalam pelaksanaannya, banyak sekolah yang belum memberdayakan komite sekolah. Untuk itu diperlukan koordinasi dan komunikasi yang baik antara komite sekolah dengan pengelola sekolah. Komite sekolah, yang anggotanya adalah orang tua peserta didik, perlu menyadari bahwa prestasi hendaknya bukan hanya diukur dari prestasi nilai, tetapi juga prestasi proses. Karena itu, hendaknya pandangan ini perlu disadari benar oleh Komite Sekolah yang menjadi jembatan antara kepala sekolah, guru, dan orang tua.<br />
<br />
<b>ktsp, ktsp 2006, ktsp adalah, ktsp berkarakter, ktsp paud, ktsp sd, ktsp sd berkarakter, ktsp sma, ktsp smk, ktsp smp, kurikulum, kurikulum berbasis kompetensi, kurikulum berkarakter, kurikulum ktsp, kurikulum paud, kurikulum pendidikan, kurikulum sd, kurikulum smk, kurikulum tingkat satuan pendidikan, kurikulum tk </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-1341801763048209712012-08-19T23:02:00.000-07:002012-08-19T23:02:46.677-07:00Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar<b>Peranan Guru Dalam Proses Belajar Mengajar - </b>Pemahaman seorang guru terhadap pengertian belajar mengajar akan mempengaruhi perencanaan dan pelaksanaan PBM. Sedangkan pandangan tentang belajar mengajar itu sendiri terus berkembang sejalan dengan tuntutan perkembangan IPTEK. Karena itu penulis akan mengemukakan beberapa pengertian tentang istilah belajar dan mengajar menurut para ahli pendidikan.<br />
<br />
<i><u><b>A. Definisi belajar</b></u></i><br />
W.H. Burton, sebagaimana yang dikutip oleh Uzer Usman dalam bukunya “upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar” mendefinisikan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Ernest R. Hilgord berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses dimana di timbulkan atau diubahnya suatu kegiatan karena mereaksi suatu keadaan. Perubahan itu tidak disebabkan oleh proses pertumbuhan (kematangan) atau keadaan organisme yang sementara seperti kelelahan atau karena pengaruh obat – obatan. Sedangkan H.C. Witherington mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Senada dengan pernyataan Witherington, Crow dan Crow mendefinisikan bahwa belajar adalah perubahan individu dalam kebiasaan, sikap dan pengetahuan.<br />
Sedangan Nana Sudjana mendefinisikan bahwa belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang yang bisa berupa berubah pengetahuannya, sikappun bertingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan aspek – aspek lain yang ada pada diri individu.<br />
Slameto mendifinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dgnlingkungannya.<br />
Definisi – definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli tersebut selalu melibatkan perubahan di dalam individu yang belajar. Akan tetapi sebagaimana pernyataan Hilgard, bahwa tidak setiap perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang semata – mata karena kematangan atau pertumbuhan, dan perubahan – perubahan yang bersifat sementara, misalnya akibat dari penyakit, kelelahan, kelaparan dan lain – lain tidaklah termasuk perubahan dalam belajar.<br />
<br />
<u><i><b>B. Definisi mengajar</b></i></u><br />
Mula – mula mengajar diartikan sebagai penyampaian sejumlah pengetahuan karena pandangan yang seperti ini, maka guru dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa dianggap tidak mengerti apa – apa. Pengertian ini sejalan dengan pandangan Jerome S. Brunner yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyajikan ide, problem atau pengetahuan dalam bentuk yang sederhana sehingga dapat dipahami oleh siswa.<br />
Pandangan seperti ini kini mulai ditinggalkan. Orang mulai beralih ke pandangan bahwa mengajar tidaklah sekedar menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan berusaha membuat suatu situasi lingkungan yang memungkinkan siswa untuk belajar. Para ahli pendidikan yang sejalan dengan pendapat tersebut antara lain : Nasution, yang merumuskan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik – baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadilahproses belajar mengajar. Berikutnya adalah Tyson dan Caroll yang menyatakan bahwa mengajar adalah sebuah cara dan sebuah proses hubungan timbal balik antara guru dengan siswa yang sama – sama aktif melakukan kegiatan. Sedangkan Tordif berpendapat bahwa mengajar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (guru) dengan tujuan membantu dan memudahkan orang lain (siswa) untuk melakukan kegiatan belajar. Adapun konsep baru tentang mengajar menyatakan bahwa mengajar adalah membina siswa bagaimana belajar, bagaimana berfikir dan bagaimana menyelidiki.<br />
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa aktivitas yang sangat menonjol dalam pengajaran ada pada siswa. Namun, bukan berarti peran guru tersisihkan, tetapi diubah, kalau guru dianggap sebagai sumber pengetahuan, sehingga guru selalu aktif dan siswa selalu pasif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru adalah seorang pemandu dan pendorong agar siswa belajar secara aktif dan kreatif.<br />
<br />
<u><i><b>C. Definisi Proses Belajar Mengajar</b></i></u><br />
Proses belajar merupakan inti dari proses pendidikan formal di sekolah. Syamsuddin Makmur menyatakan bahwa proses belajar mengajar adalah suatu interaksi antara siswa dengan guru dalam rangka mencapai tujuannya. Pernyataan senada dikemukakan oleh Suryabrata yang mengemukakan bahwa peaksanaan PBM dapat disimpulkan bahwa pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pengajaran Sedangkan Muhibbin Syah menyatakan : pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut dengan PBM adalah sebuah kegiatan integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.<br />
Adapun definisi PBM pendidikan agama di kemukakan oleh Muhaimin yang berkesimpulan bahwa PBM pendidikan agama merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku seseorang sesuai dengan taksonomi tujuan pendidikan agama yang meiputi aspek kognitif, afektif dan prikomotorik.<br />
Menurut penulis, definisi yang dikemukakan oleh Muhaimin diatas belum lengkap, karena dalam finisnya ia tidak menjelaskan jenis proses kegiatan apakah yang mengakibatkan perubahan itu terjadi ? Dan dilakukan oleh siapa sajakah kegiatan itu ? Penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan PBM pendidikan Agama Islam adalah suatu proses kegiatan yang di dalamnya terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan mungkin juga antara siswa dengan siswa dalam rangka menyampaikan baha pelajaran pendidikan agama Islam kdp siswa untuk mencapai tujuan pengajaran pendidikan agama Islam yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.<br />
<br />
<b>guru, guru dalam, guru dalam KBM, guru dalam proses pembelajaran, guru pembelajaran, kbm, metode guru dalam pembelajaran, metode pembelajaran yang baik, pembelajaran guru, pengertian guru, peran guru, proses guru dalam KBM, proses pembelajaran, rpp guru ptk guru </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-49096046151175947962012-08-19T22:58:00.000-07:002012-08-19T22:58:18.498-07:00Mengenal Perbedaan PTK dan Penelitian Formal<b>Mengenal Perbedaan PTK dan Penelitian Formal - </b>Penelitian tindakan kelas muncul dari antitesis penelitian formal (empiris) karena penelitian formal dianggap hanya bersifat teoritis akademis. Metode penelitian formal cenderung kaku (rigid) sehingga tidak sesuai dengan setting objek secara alami, dan temuan penelitian yang demikian berupa perevisian, pengembangan, pengguguran, dan penemuan teori baru. Penelitian formal demikian dirasa ‘kurang’ banyak manfaatnya pada tataran perbaikan praktis.<br />
Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk menghasilkan informasi dan pengetahuan yang valid dan memiliki penerapan segera, untuk guru itu sendiri atau siswa-siswa mereka melalui refleksi kritis (critical reflection). Secara lebih jelas keterkaitan antara penelitian tindakan kelas (PTK), penelitian formal (empiris) dan personal reflection dapat dilihat pada gambar1.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpMD2QeNhEh_MT87ev2LrtPgtAFZs1xP2HWDFTIBvlztHqODlFEgV2qKYskqrye2BaWodCSPJU24lIS68Wwm3jtTJyUDIb_JeJX3CEygav-UTcakDOhjG6_baYnqqinzX7EibtM1SgsEo/s1600/CAR+DAN+FORMAL.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="262" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpMD2QeNhEh_MT87ev2LrtPgtAFZs1xP2HWDFTIBvlztHqODlFEgV2qKYskqrye2BaWodCSPJU24lIS68Wwm3jtTJyUDIb_JeJX3CEygav-UTcakDOhjG6_baYnqqinzX7EibtM1SgsEo/s320/CAR+DAN+FORMAL.jpg" /></a></div><br />
<br />
Personal reflection: pengkajian kembali terhadap keberhasilan atau kegagalan berbagai tujuan dan untuk menentukan perlu tidaknya tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir<br />
<br />
Empirical Research: a formal method of study based on observed and measured phenomena that derives knowledge from actual experience.<br />
<br />
CAR/PTK : a method of finding ou what works best in claas in order to improve student learning. CAR is more systematic and data based than personal reflection, but is more informal and personal than formal research.<br />
<br />
Dari gambar 1 di atas diketahui diagram ven posisi penelitian tindakan kelas diantara personal reflection dengan empirical research. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan perpaduan positif di antara keduanya. Posisi PTK yang demikian tentu saja membawa konsekuensi logis perbedaan dan persamaan prinsip dengan penelitian formal (empiris). Berikut ini disajikan perbedaan di antara keduanya dalam bentuk matrik yang disajikan pada Tabel 1.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAtgoZco9Q8tiMLsAjIabCwNWn2I1uqCaOvhZ73Ba5aVRFmMaQ_QE20rK_MTpR4cPstF3V81EHExt2J5ts7TIyHNhjvnbwKZFNHghtPBoNFZSRmLCLaoYwrw1hQXFFNvqO1aEEeVLRgMQ/s1600/Tabel+Pendidikan.jpg" imageanchor="1" style="clear:left; float:left;margin-right:1em; margin-bottom:1em"><img border="0" height="261" width="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAtgoZco9Q8tiMLsAjIabCwNWn2I1uqCaOvhZ73Ba5aVRFmMaQ_QE20rK_MTpR4cPstF3V81EHExt2J5ts7TIyHNhjvnbwKZFNHghtPBoNFZSRmLCLaoYwrw1hQXFFNvqO1aEEeVLRgMQ/s320/Tabel+Pendidikan.jpg" /></a></div><br />
Semoga Bermanfaat...<br />
<br />
<br />
<b>contoh karya tulis ilmiah, contoh PTK, contoh-kti, definisi ptk, manfaat ptk, pengertian ptk, perbedaan PTK dan penelitian lain, Perbedaan PTK dengan skripsi, pTK, ptk dalam pendidikan, ptk dan kemajuan siswa, PTK dan penelitian formal</b><br />
<br />
<br />
<br />
<br />
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-30322897292132673382012-08-19T22:45:00.000-07:002012-08-19T22:45:10.341-07:00Mengenal Prinsip Dasar PTK<b>Mengenal Prinsip Dasar PTK</b> - <i>Hopkins (1993)</i> menyebutkan ada<i><u><b> 6 (enam) prinsip dasar</b></u></i> yang melandasi penelitian tindakan kelas.<br />
Prinsip pertama, bahwa tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru memilki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran ada kemungkinan tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil, maka ia harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Dosen dan guru harus menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.<br />
<br />
Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklustis sampai terjadinya peningkatan, perbaikan, atau ‘kesembuhan’ sistem, proses, hasil, dan sebagainya.<br />
<br />
Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu: persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hasil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini menginsyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.<br />
<br />
Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai dari pendiagnosisan masalah dan faktor penyebab timbulnya masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasil tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini mempersyaratkan bahwa dalam menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.<br />
<br />
Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil dan merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap pemerolehan mutu pembelajaran. Prinsip ini menekankan bahwa diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah melanggar prinsip ke-otentikan. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah pembelajaran yang sesungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara akademik.<br />
<br />
Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.<br />
<br />
Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di ruang kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar ruang kelas, misalnya: tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.<br />
<br />
<b>guru, landasan PTK, makalah ptk, penelitian tindakan kelas, Prinsip Dasar PTK, prinsip ptk, pTK, ptk dalam pendidikan, ptk menurut para ahli, ptk pendidikan, siswa, skripsi ptk </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-81787596042178008402012-08-19T22:41:00.000-07:002012-08-19T22:41:43.012-07:00Pemanfaatan Teknology Informatika dan Media Sebagai Pembelajaran<b>Pemanfaatan Teknology Informatika dan Media Sebagai Pembelajaran</b> - Saat ini komputer bukan lagi merupakan barang mewah, alat ini sudah digunakan di berbagai bidang pekerjaan seperti halnya pada bidang pendidikan. Pada awalnya komputer dimanfaatkan di sekolah sebagai penunjang kelancaran pekerjaan bidang administrasi dengan memanfaatkan software Microsoft word, excel dan access.<br />
Dengan masuknya materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurikulum baru, maka peranan komputer sebagai salah satu komponen utama dalam TIK mempunyai posisi yang sangat penting sebagai salah satu media pembelajaran. Kutipan dari Kurikulum untuk Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.<br />
<br />
· Visi mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi yaitu agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya · Melalui mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi diharapkan siswa dapat terlibat pada perubahan pesat dalam kehidupan yang mengalami penambahan dan perubahan dalam penggunaan beragam produk teknologi informasi dan komunikasi.<br />
Siswa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mencari, mengeksplorasi, menganalisis, dan saling tukar informasi secara efisien dan efektif. Dengan menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi, siswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari berbagai kalangan. Penambahan kemampuan siswa karena penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan mengembangkan sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga siswa dapat memutuskan dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal, termasuk apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang.<br />
· Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi, meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Karena itu, Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar media.<br />
· Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:<br />
1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.<br />
2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan seharihari secara mandiri dan lebih percaya diri.<br />
3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan berbagai aktifitas dalam kehidupan seharihari.<br />
4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal, menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi, terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.<br />
5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah seharihari.<br />
Dengan melihat isi dari kurikulum tersebut, kita harus mengintegrasikan TIK dalam proses belajar mengajar di madrasah bukan hanya untuk mata pelajaran teknologi dan informasi saja. Melihat kondisi TIK pada saat ini dan perkembangannya di masa datang, kita harus mempersiapkan diri dan melakukan perencanaan yang matang dalam mengimplementasikan TIK di madrasah. Jika kita tidak memulainya sekarang maka madrasah sebagai salah satu institusi pendidikan selain sekolah yang berada dibawah Depdiknas akan tertinggal oleh sekolah lain. Jika ini terjadi, usaha kita akan semakin berat untuk mensejajarkan madrasah dengan sekolah lain. Di satu sisi, kita sedang berusaha mengejar ketertinggalan dalam mata pelajaran khususnya MIPA dan BahasaInggris, di sisi lain TIK akan membuat kita tertinggal semakin jauh. Mengamati Program Pengembagan TIK yang dilakukan Depdiknas Untuk mengejar ketertinggalan pemanfaatan TIK di sekolah dari negara lain, saat iniDepdiknas mempunyai program pengembangan TIK secara besarbesaran.<br />
Ada tiga posisi penting di Depdiknas dalam program pengembangan TIK, yaitu:<br />
1. Bidang kejuruan, TIK menjadi salah satu jurusan di SMK. Pengembangan TIK secara teknis baik hardware dan software masuk dalam kurikum pendidikan. Dibentuknya ICT center di seluruh Indonesia. Untuk menghubungkan sekolahsekolah di sekitar ICT center dibangun WAN (Wireless Area Network) Kota.<br />
2. Pustekkom, sebagai salah satu ujung tombak dalam pengembangan TV pendidikan interaktif, Elearning dan ESMA. Program ini bertujuan untuk mempersempit jurang perbedaan kualitas pendidikan antara kota besar dengan daerah.<br />
3. Jardiknas (Jejaring Pendidikan Nasional), bertujuan untuk mengintegrasikan kedua program di atas agar terbentuk sebuah jaringan yang menghubungkan semua sekolah di Indonesia. Sehingga diperkirakan di masa depan semua sekolah di Indonesia akan terkoneksi dengan internet. Melihat program yang diadakan oleh Depdiknas kita bisa memanfaatkan fasilitas tersebut karena bersifat terbuka.<br />
Pengembangan TIK di Madrasah secara Mandiri<br />
Kita belum terlambat untuk mempersiapkan diri dalam penguasaan TIK sebagai media pembelajaran di madrasah. Mulai saat ini pihak madrasah dan Majlis Madrasah harus membuat sebuah program pengembangan TIK secara menyeluruh. Ada beberapa poin untuk membuat suatu perencanaan pengembangan TIK, diantaranya:<br />
1. Mempersatukan visi dan misi pengembangan TIK yang ingin dicapai antara Kepala sekolah, guru dan majlis madrasah.<br />
2. Pembentukan Komite Teknologi (Organisasi Labkom) yang mandiri<br />
3. Mengidentifikasi infrastruktur lembaga, baik hardware, software maupun sistem dan jaringan yang sudah dimiliki<br />
4. Penentuan hardware dan software yang akan digunakan atau dikembangkan.<br />
5. Mengidentifikasi SDM yang dimiliki<br />
6. Menentukan bentuk pelatihan penguasaan TIK baik untuk guru dan staf lainnya.<br />
7. Adanya Time schedule yang jelas untuk pencapaian program<br />
8. Penentuan Investasi yang diperlukan secara berkala tiap tahun<br />
9. Mengidentifikasi perkembangan software dan kurikulum baru<br />
10. Mengadakan revisi perencanaan disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi.<br />
Dengan perencanaan yang matang, kita bisa mengembangkan TIK secara bertahap di madrasah agar tidak tertinggal dari sekolah lain. Program yang dibuat haru dilaksanakan secara berkelanjutan meskipun terjadi pergantian kepala dan majilis madrasah. Pemanfaatan TIK Sebagai Media Pembelajaran TIK bukan merupakan teknologi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari hardware dan software.Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran yaitu hardware dan software yang tersedia dan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Beberapa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya:<br />
1. Presentasi<br />
Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan OHP atau chart. Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan sebuah komputer/laptop dan LCD proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa menampilkan animasi dan film, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan<br />
untuk presentasi adalah Microsoft Powerpoint. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan presentasi,<br />
diantaranya:<br />
a. Jangan terlalu banyak tulisan yang harus ditampilkan.<br />
b. Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.<br />
c. Perbanyak memasukkan gambar dan animasi<br />
d. Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.<br />
2. Demonstrasi<br />
Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan kelas, misalnya eksperimen. Kita bisa membuat suatu film caracara melakukan suatu kegiatan misalnya cara melakukan pengukuran dengan mikrometer yang benar atau mengambil sebagian kegiatan yang penting. Sehingga dengan cara ini siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar atau mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut.<br />
Cara lain adalah memanfaatkan media internet, kita bisa menampilkan animasi yang berhubungan dengan materi yang kita ajarkan (meskipun tidak semuanya tersedia). Sebagai contoh untuk menampilkan arah vektor dari perkalian silang kita bisa mengakses internet dengan alamat<br />
http://www.upscale.utoronto.ca/GeneralInterest/Harrison/Flash/ClassMechanics/<br />
RightHandRule/RightHandRule.html<br />
3. Virtual Experiment<br />
Maksud dari virtual eksperimen disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang dipindahkan di depan komputer. Anak bisa melakukan beberapa eksperimen dengan memanfaatkan software virtual eksperimen misalnya Crocodile Clips. Software ini bisa didownload di http://www.crocodileclips. com/s3_1.jsp , tetapi kita harus register dulu untuk mendapatkan active code yang berlaku untuk satu bulan.<br />
Metode ini bisa digunakan jika kita tidak mempunyai laboratorium IPA yang lengkap atau digunakan sebelum melakukan eksperimen yang sesungguhnya.<br />
4. Kelas virtual<br />
Maksud kelas virtual di sini adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web, misalnya menggunakan moodle. Saya berikan contoh bentuk kelas maya yang sedang kami kembangkan di MAN 2 Ciamis.Pada kelas maya ini siswa akan mendapatkan materi, tugas dan test secara online. Kita sebagai guru memperoleh kemudahan dalam memeriksa tugas dan menilai hasil ujian siswa. Terutama hasil ujian siswa akan dinilai secara otomatis.<br />
Sebenarnya banyak bentuk pemanfaatan TIK lainnya yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi semua itu tergantung kepada kita bagaimana cara memanfaatkannya.<br />
<br />
<b>artikel tik, contoh-kti, makalah komputer, makalah tchnology, makalah tik, manfaat tik, materi TIK, metode pembelajaran TIK, metode tik, Pemanfaatan media TIK, pengajaran tik, technology, TIK </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-68192131134171536342012-08-19T22:37:00.000-07:002012-08-19T22:37:27.692-07:00PTK dan Kesulitan Belajar Siswa<b>PTK dan Kesulitan Belajar Siswa</b> - Luasnya lingkup pengetahuan yang harus dikuasai oleh seorang guru dan berubahnya paradigma pendidikan hal ini membuat guru harus mempunyai moto ” belajar bagaimana belajar”. Luasnya cakupan pengetahuan yang harus dikuasai guru tertuang dalam PP Mendiknas RI N0. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru. Dalam PP tersebut dikatakan ada empat kompetensi utama guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Kita lihat bagaimana mana luasnya pengetahuan guru dalam satu aspek misalnya aspek padagogik. Dalam aspek ini guru harus menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual serta menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Dalam aspek keperibadian seorang guru harus bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. Di samping itu guru juga dituntut harus dapat menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Agar dapat memberikan bimbingan, arahan dan motivasi pada anak didiknya guru juga harus dapat menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa serta menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. Dilihat dari aspek social maka seorang guru harus dapat bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. Selain itu guru harus mampu berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Dari sudut profesional guru harus menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. Di samping itu guru haurus menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Lebih jauh guru harus dapat mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.<br />
Melihat luas cakupan yang harus dikuasai guru justru saya khawatir persoalan pembelajaran bukan terletak pada siswa tetapi justru terletak pada guru. Untuk itulah maka guru harus meletakan dasar dalam dirinya belajar bagaimana belajar.<br />
Dari tutuntan komptensi seorang guru kalau tidak diantisipasi sedini mungkin akan menimbulkan berbagai kesulitan dalam pembelajaran. Dari sisi siswa kesulitan tersebut di antaranya bagaimana menguasai konsep materi ajar yang sulit menjadi mudah, bagaiman beragam pengetahuan yang harus dipelajari diambil intisarinya dan dapat diimplementasikan dalam kehiduapan sehari-hari. Dari sisi guru bagaimana guru berupaya menyampaikan pesan tentang materi pembelajaran yang sulit sehingga menjadi lebih mudah diterima siswa. Kemudian timbul pertanyaan dari sudut paedagogik sejauh mana seorang guru menguasai startegi pembalajaran dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan. Misalnya sejauh mana guru menguasai pendekatan pembelajaran yang kontruktivisme dan kontekstual.<br />
<br />
Dalam pembelajaran dengan menggunakan kontekstual saja, maka guru harus dapat menekankan pada :<br />
<b>(1) Belajar berbasis masalah (Problem-Based Learning), </b><br />
<b>(2) Belajar berbasis inquiri (Inquiry-Based Learning); </b><br />
<b>(3) Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur (Project-Based Learning); </b><br />
<b>(4) Belajar berbasis kerja (Work-Based Learning); </b><br />
<b>(5) Belajar kooperatif (Cooperatif Learning).</b><br />
<br />
Semua pendekatan pembelajaran tersebut sudah berpihak pada siswa sesuai dengan paradigma pembelajaran saat ini yaitu student centre leraning. Dari berbagai pendekatan pembelajaran tersebut yang akhirnya bermuara pada PTK. Apabila semua itu dikuasai oleh guru, maka kusulitan belajar yang di alami oleh siswa untuk memahami dan menguasai berbagai konsep materi pembelajaran akan dapat diatasi.<br />
<br />
<b>contoh-kti, karya tulis ilmiah, kesulitan belajar, kesulitan belajar siswa, manfaat metode belajar, metode guru, metode pembelajaran yang baik, proses belajar, pTK, PTK dan kesulitan, ptk sulitan belajar anak, solusi memecahkan kesulitan belajar, solusi memecahkan kesukaran belajar </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-55993320167998999222012-08-19T22:32:00.000-07:002012-08-19T22:32:15.665-07:00Strategi Belajar Mengajar<b>Strategi Belajar Mengajar Yang Baik</b> - Di dalam proses belajar mengajar guru menggunakan strategi belajar mengajar yang inovatif, strategi adalah upaya untuk mencapai tujuan, jadi strategi belajar mengajar adalah usaha yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Rendahnya pendidikan nasional menurut saya karena tenaga pengajar yang tidak sepenuh hati menjadi guru. Kesadaran untuk memajukan pendidikan amat rendah akibatnya guru menggunakan strategi belajar mengajar yang buruk seperti CBSA (catat buku sampai habis), atau sistem KTGP (kasi tugas guru pulang ).<br />
Guru yang baik adalah melihat anak didik sebagai individu yang harus dihormati dan dihargai, selaku insan manusia ia patut untuk dididik dengan semestinya maka dari itu hargai dia dengan membebaskan anak didik untuk berbicara atau berpendapat setelah itu bebaskan ia dari kursi dan meja yang memborgolnya dengan mengatur tata kelas yang membuatnya bebas dalam mengeluarkan potensinya serta memberikan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh anak didik.<br />
Guru menyadari bahwa setiap anak didik berbeda-beda dan unik maka strategi belajar mengajar (SBM) harus bertuju kepada anak didik. Sangat sulit untuk menerapkan SBM yang tepat untuk setiap anak pada kelas. Karena itu guru harus mempelajari proses perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikis anak didik secara umum. Maka guru harus berpedoman psikologi perkembangan anak dalam menyusun KBM<br />
Aspek lain bagaimana supaya belajar dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar adalah menjelaskan tujuan, dengan penjelasan ini anak dibebaskan menentukan pilihan dengan cara apa dia mencapai tujuan tersebut selain itu anak dapat mengetahui manfaat pembelajaran dan proses belajar mengajar lebih terfokus.<br />
Ada beberapa indikasi suatu proses pembelajaran dianggap lancar adalah tidak terjadi pengulangan, adanya prestasi yang tinggi, dan pemakaian waktu sesuai dengan rencana.<br />
<br />
Adapun beberapa aspek lain yang harus dipikirkan dalam memilih strategi belajar mengajar yakni:<br />
1. Berpusat pada anak untuk aktif<br />
2. Keadaan anak didik ( mood, kondisi, kesehatan, usia anak didik, bakat, minat, dan lain-lain)<br />
3. Materi (materi ajar, bobot materi)<br />
4. Standar kompetensi dan kompetensi dasar<br />
<br />
<b>cara mendidik anak yang baik, contoh ptk kenaikan pangkat, contoh sampel, contoh-kti, kti karya tulis ilmiah, kurikulum pembelajaran, metode belajar, metode pembelajaran yang baik, metode pembelajaran yang bermanfaat, metodolgi belajar, metodologi strategi pembelajaran, penelitian tindakan kelas, pTK, ptk strategi pembelajaran, rpp, rpp pendidikan, strategi belajar yang baik, strategi mendidik siswa, strategi mengajar yang baik </b>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-6808962487607668253.post-3067918781737530162012-08-19T22:24:00.000-07:002012-08-19T22:24:15.674-07:00Tips Belajar Matematika<b>Tips Meningkatkan Kreativitas Belajar Matematika</b> - Menurut <i><b>Mulyasa</b></i> <i>(2007 : 85)</i> orang-orang kreatif telah muncul di tiap dekade dan dari hasil mereka, generasi penerus mendapatkan pengetahuan yang dapat digunakan untuk memperbaiki kehidupan. Jika pendidikan berhasildengan baik, maka sejumlah orang kreatif akan lahir karena tugas utama pendidikan adalah menciptakan orang-orang yang mampu melakukan sesuatu yang baru, tidak hanya mengulang apa yang telah ada. Selanjutnya beliau juga menyatakan bahwa kreatifitas dapat dikembangkan dengan penciptaan proses pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kreatifitasnya. Dibanding penelitian kecerdasan, jumlah penelitian tentang kreativitas masih amat sedikit, karena masih sulit menngukur kreativitas.<br />
Menurut Taylor (Mulyasa, 2007 : 85-86) saran untuk mengembangkan kreativitas sebagaimana diringkaskan sebagai berikut:<br />
a. menilai, dan menghargai berfikir kreatif<br />
b. membantu anak menjadi lebih peka terhadap rangsangan dari lingkungan<br />
c. memberaniakn anak untuk memanipulasi benda-bensda (objek) dan ide-ide<br />
d. mengajar bagaimana menguji setiap gagasan secara sistematis<br />
e. mengembangkan secara toleransi terhadap gagasan baru<br />
f. berhati-hati dalam “memaksakan” suatu pola atau contoh tertentu<br />
g. mengembangkan iklim kelas yang kreatif<br />
h. mengjar anak untuk menilai berfikir kreatifnya<br />
i. mengajar keterampilan anak untuk menghindari atau menguasai sangsi-sangsi teman sebaya tanpa mengorbankan kreativitas mereka<br />
j. memberikan informasi tentang proses kreativitas<br />
k. mnghalau perasaan kagum terhadap karya-karya besar<br />
l. memberanikan dan menilai kegiatan belajar berdasarkan inisiatif sendiri<br />
m. menciptakan “duri dalam daging” (thorns in the flesh), untuk membuat anak-anak menyadari adanya masalah dan kekurangan<br />
n. menciptakan kondisi yang diperlukan untuk berpikir kreatif<br />
o. menyediakan waktu untuk suatu keaktivan dan ketenangan<br />
p. menyediakan sumber untuk menyusun gagasan-gagasan<br />
q. mendorong kebiasaan untuk implikasi ide-ide<br />
r. mengembangkan keterampilan untuk memberikan kritik yang membangun<br />
s. mendorong kemahiran pengetahuanberbagai lapangan<br />
t. menjadi guru yang hangat dan bersemangat<br />
Jadi dapat disimpulkan kreativitas belajar maternatika adalah poses berpikir yang melibatkan pengkombinasian kembali ide-ide dan unsur-unsur tertentu dengan maksud untuk menciptakan konsep, gagasan atau cara-cara baru dalam usaha memecahkan suatu masalah matematika.<br />
Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk menjadi kreatif. Kreativitas seseorang tidak sama dan perbedaannya terletak pada tingkat kemampuan kreativitas yang dimilikinya, yaitu ada yang mempunvai potensi kreatif tinggi dan ada pula yang mempunyai potensi kreatif rendah.<br />
Mulyasa (2007 : 86) menyatakan bahwa secara umum guru diharapkan menciptakan kondisi yang baik, yang memungkinkan setiap peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya, antara lain dengan teknik kerja kelompok kecil, penugasan dan mensponsori pelaksanaan proyek. Anak yang kreatif belum tentu pandai, begitupun sebaliknya. Kondisi-kondisi yang diciptakan guru juga tidak menjamin timbulnya prestasi belajar yang baik. Hal ini perlu dipahami oleh guru agar tidak terjadi kesalahan dalam menyikapi peserta didik yang kreatif, demikian pula dengan yang pandai.<br />
Dalam ringkasannya, Darley (Mulyasa, 2007 : 87) mengemukakan hal-hal berikut:<br />
1. Kreativitas sering merupakan proses yang terdiri dari empat tahap yaitu persiapan, pengeraman, penjelasan, dan pembuktian.<br />
2. Ada dua kondisi yang diperlukan untuk membuat seseorang menjadi kreatif, yaitu ketersediaan unsur-unsur yang bisa dikombinasikan sebagai cara baru, dan adanya tujuan yang jelas.<br />
Mulyasa (2007 : 87) juga berpendapat bahwa proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya seringkali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktivitas dan kreativitas peserta didik.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/12009227434091360102noreply@blogger.com